Jababeka Merugi Rp 150 Miliar Akibat Tsunami Selat Sunda

PT Jababeka Tbk, pengelola KEK Tanjung Lesung, merugiRp 150 miliar akibat terjangan tsunami Selat Sunda.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Des 2018, 16:53 WIB
Diterbitkan 24 Des 2018, 16:53 WIB
Penampakan genangan air di Tanjung Lesung pasca hantaman tsunami Anyer, Minggu 23 Desember 2018 (Liputan6.com/Google Earth)
Penampakan genangan air di Tanjung Lesung pasca hantaman tsunami Anyer, Minggu 23 Desember 2018 (Liputan6.com/Google Earth)

Liputan6.com, Jakarta - PT Jababeka Tbk selaku pihak pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung melaporkan, telah menderita kerugian sebesar Rp 150 miliar akibat terjangan tsunami Selat Sunda yang menimpa kawasan pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu, 23 Desember 2018 lalu.

Sebagai informasi, Jababeka memiliki anak usaha PT Banten West Java Tourism Development (BWJ) yang mengembangkan kawasan destinasi pariwisata bertaraf internasional di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten.

CEO PT Jababeka Tbk, Setyono Djuandi Darmono memperkirakan, ada sekitar 30 persen bangunan milik BWJ yang rusak akibat sapuan tsunami Selat Sunda.

"Yang dikelola PT Banten West Java itu gedungnya kurang lebih 30 persen rusak, yang 70 persen tinggal dibersihkan tinggal diperbaiki lagi. Tapi itu juga baru pandangan mata, belum dihitung secara detail," jelasnya di Menara Batavia, Jakarta, Senin (24/12/2018).

Secara kerugian, ia memprediksi butuh sekitar Rp 150 miliar untuk membangun kembali 30 persen gedung-gedung yang rusak tersebut.

"Kalau perlu dibangun kembali, gedung-gedung itu perlu barangkali kurang lebih Rp 150 miliar," ucap dia.

Lebih lanjut, Darmono menyampaikan, pihaknya tertolong berkat adanya asuransi pada setiap gedung yang dikelola oleh anak usaha.

"Semua gedung diansurasikan. Kerugian bisa di-cover dari asuransi. Full cover asuransi kita perkirakan, yang kita bisa claim itu cukup untuk bisa membangun kembali," ujar dia.

Pengusaha Hotel di Banten Rugi hingga Rp 10 Miliar Akibat Tsunami Selat Sunda

Penampakan Pantai Tanjung Lesung Usai Tsunami Selat Sunda
Pemandangan pantai Tanjung Lesung setelah tsunami menerjang daratan, Senin (24/24). Tsunami Selat Sunda diduga muncul akibat adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Para pelaku bisnis perhotelan di pesisir barat Banten ‎diperkirakan rugi hingga Rp 10 miliar akibat bencana tsunami yang melanda kawasan Tanjung Lesung dan sekitarnya pada Sabtu, 22 Desember 2018, malam.
 
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten Achmad Sari Alam mengatakan, kerusakan paling parah dialami sembilan hotel yang berlokasi di wilayah Cinangka dan Tanjung Lesung.
 
 
"Kerusakan yang agar serius ada sembilan hotel, yang lain-lainya (kerusakan) kecil-kecil," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (23/12/2018).‎
 
Sedangkan yang tidak terdampak tsunami, lanjut Achmad, yaitu hotel yang berada di sekitar Anyer. Hotel di wilayah ini bahkan bisa beroperasi secara normal.
 
"Tapi yang di daerah Anyer enggak masalah, dari Marbela ke Mambruk itu tidak masalah. Yang bermasalah dari Cinangka sampai Tanjung Lesung. Yang parah sekali Hotel Tanjung Lesung di kawasan KEK. Mungkin dalam waktu 1 bulan harus direnovasi," kata dia.
 
Namun demikian, akibat tsunami ini, bisnis perhotelan di pesisir barat Banten diperkirakan mengalami kerugian hingga Rp 10 miliar.
 
Selain lantaran sejumlah hotel yang rusak parah, tsunami ini juga berpotensi membuat sektor pariwisata di wilayah tersebut menurun.
 
"Kelihatannya, dari 1.000 kamar, kalau dikali Rp 5 juta saja berarti Rp 5 miliar. Bisa lebih. Ya antara Rp 10 miliar lah kalau dihitung dengan yang lain," tandas dia.
 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya