Di Depan Ratusan Mahasiswa, Menperin Airlangga Jelaskan Asal-Usul Industri 4.0

Menperin yakin keberadaan dari industry 4.0 ini dapat berjalan dengan harmoni dengan industri yang lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2019, 12:45 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2019, 12:45 WIB
Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menjadi salah satu pembicara dalam peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-73 Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.

Acara tersebut dihadiri Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Rektor UGM Panut Mulyono serta ratusan mahasiswa.

Dalam kesempatan itu, Menteri Airlangga menjelaskan asal-usul adanya penyebutan industri 4.0.

"Hingga saat ini kita telah melalui 3 revolusi industri, di mana yang pertama (industri 1.0) ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan berlangsung selama kurang lebih 86 tahun," ujarnya di UGM, Yogyakarta, Jumat (22/2/2019).

Selanjutnya, terjadi revolusi melengkapi industri 1.0 yaitu industri 2.0. Industri ini mengalami berbagai perubahan, yang membantu manusia dalam melakukan dan mengerjakan berbagai pekerjaan. Industri ini paling identik dengan penerapan produksi massal dengan memanfaatkan tenaga listrik.

"Kedua melalui penerapan konsep produksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik berlangsung sekitar 99 tahun, dan yang ketiga (industri 3.0) ditandai dengan penggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industri yang berlangsung 42 tahun," jelas Airlangga.

Dia melanjutkan, sejak 2011, Indonesia kemudian telah memasuki revolusi industri generasi keempat, yang secara luas dikenal dengan istilah industri 4.0. Secara global, revolusi industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi.

"Revolusi tersebut merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai guna mencapai efisiensi yang setinggi-tingginya sehingga melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis digital," jelasnya.

Konektivitas menjadi backbone infrastruktur dalam setiap tahapan revolusi, dari mulai jalan kereta api hingga digital infrastruktur seperti palapa ring. Palapa ring telah memberikan penguatan konektivitas digital khususnya jaringan 4G yang menjangkau 100 persen Indonesia Bagian barat dan bagian tengah serta 90 persen bagian timur.

"Untuk melangkah kesana, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era Industry 4.0," jelasnya.

Ketua Umum Partai Golkar tersebut melanjutkan, perlu diingat bahwa keberadaan dari industry 4.0 ini dapat berjalan dengan harmoni dengan industri-industri 1.0, 2.0. dan 3.0. Di Jogjakarta sendiri, banyak contoh-contoh perusahaan yang telah menjalankan industri 1.0 hingga industri 4.0.

"Implementasi konkritnya kita bisa melihat di Jogja. Jogja punya kawasan Industri 1.0 yang sangat terkenal yaitu Kawasan Batik dan Kawasan Pengrajin Perak di Kota Gede, untuk Industri 2.0 juga tidak kalah ada Kawasan Industri Makanan Ringan Bakpia dan Kaleng Gudeg," paparnya.

"Untuk 3.0 juga ada, kita bisa lihat Industri Susu Sari Husada, hingga yang sudah terapkan 4.0 seperti PT. YPTI. Jogja adalah miniatur dari harmoni ini. Harmoni dalam transformasi. Secara nasional Schneider Electric, Pan Brothers, Panasonic, Daihatsu, Toyota, Mayora dan Mattel sudah menjadi lighthouse dalam percontohan implementasi industri 4.0," tandasnya.

 Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Nostalgia Menperin Airlangga Kembali ke UGM Usai 30 Tahun

Menperin Airlangga Hartarto di Kampus Universitas Gajah Mada. Dok Merdeka.com/Anggun P Situmorang
Menperin Airlangga Hartarto di Kampus Universitas Gajah Mada. Dok Merdeka.com/Anggun P Situmorang

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menghadiri peringatan Hari Pendidikan Teknik ke-73 Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM). Yogyakarta. Peringatan tersebut mengangkat tema 'Membangun Kedaulatan Teknologi di Era Disrupsi'.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Airlangga bercerita, tidak pernah membayangkan hadir kembali di UGM sebagai pembicara usai meluluskan pendidikan di kampus ini sekitar 30 tahun lalu.

"Pada kesempatan ini saya merasa terhormat dan bangga diundang untuk hadir dalam forum ini memberikan pandangan saya mengenai industri 4.0," ujar Menteri Airlangga di Universitas UGM, Jogjakarta, Jumat (22/2/2019).

"Sebelumnya tidak pernah terbayang bahwa saya dalam waktu 30 tahun kembali lagi ke UGM dalam acara resmi rapat senat terbuka. Oleh karena itu, saya mengapresiasi dan berterimakasih dan sebagai alumnus UGM saya bangga dan senang kembali ke UGM," sambungnya.

Menperin melanjutkan, banyak perubahan fisik yang terjadi di UGM selama beberapa tahun belakangan. Universitas yang memiliki banyak peminat di Indonesia tersebut, menurutnya semakin maju dan kuat di tengah perubahan jaman.

"Secara fisik tentu kita lihat banyak perubahan banyak gedung-gedung yang telah berubah. Namun gajah mada, nuansa dan semangatnya tidak pernah berubah bahkan semakin kuat dan besar. Sebagaimana sebagai mesin, bukan karena saya lulusan mesin, fakultas tenik ini semakin dinamis dan semakin terakselerasi maju di masa yang akan datang," jelas dia.

Masih dalam kesempatan yang sama, Ketua Partai Golkar itu, menyempatkan memberi pantun bagi mahasiswa-mahasiswi yang hadir. Pantun tersebut pun mendapat tepuk tangan yang meriah dari peserta dan petinggi UGM yang hadir.

"Saya ingin memberi pantun, sebab pantun menjadi bagian kebudayaan kita. UGM ada di Jogjakarta, gemanya menyebar ke empat penjuru, kita sambut dengan gembira industri 4.0, dukung Indonesia maju," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya