Impor Barang Konsumsi Turun 18 Persen di Februari 2019

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, impor Indonesia pada Februari 2019 mengalami penurunan sebesar 18,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Mar 2019, 14:37 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 14:37 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, impor Indonesia pada Februari 2019 mengalami penurunan sebesar 18,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan impor ini berlaku untuk semua golongan pengguna barang baik barang konsumsi, bahan baku penolong dan barang modal.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan impor paling tajam terjadi pada golongan barang konsumsi sebesar 18,77 persen. Kemudian diikuti bahan baku penolong sebesar 7,6 persen dan barang modal sebesar 2,32 persen.

Dia memperkirakan, penurunan impor khususnya yang terjadi pada barang konsumsi merupakan dampak dari pengenaan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 impor untuk 1.147 komoditas barang. Kebijakan ini sendiri telah diterbitkan sejak September 2018 lalu.

"Pemerintah menerapkan beberapa kebijakan untuk kendalikan impor, misalnya komitmen kendalikan impor barang konsumsi 1.147 komoditas, PPh dinaikan, itu mulai berdampak," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/3/2019).

Menurut dia, pada Februari 2019, impor barang konsumsi memang mengalami penurunan. Hanya komoditas buah-buahan yang mengalami kenaikan sebesar 16,2 persen dari USD 65,8 juta menjadi USD 76,5 juta. Salah satunya terjadi pada impor jeruk mandarin.

"Impor konsumsi turun. Kalau jeruk mandarin (naik) karena ada tahun baru China, karena kan memang butuh buah-buahan khusus. Tapi ini lebih karena seasonality," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 0,33 Miliar di Februari

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2019 surplus sebesar USD 0,33 miliar. Hal ini berbanding terbalik dari Januari 2019 yang defisit sebesar USD 1,16 miliar dan Februari 2018 yang defisit USD 120 juta.

"Sesudah 4 bulan kita mengalami defisit, Alhamdulillah bulan ini kita mengalami surplus. Kita berharap bulan-bulan berikutnya kita mengalami surplus," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, pada Jumat 15 Maret 2019. 

Dia menjelaskan, pada Februari 2019, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 12,53 miliar. Sedangkan impor sebesar USD 12,2 miliar.‎

"Pada Februari 2019, total ekspor sebesar USD 12,53 miliar. Dibandingkan Januari 2019, berarti ada penurunan 10,03 persen," ungkap dia.

Sedangkan impor pada Februari 2019 juga menurun drastis yaitu 18,61 persen dibandingkan impor di Januari 2019.

Dia menjelaskan, neraca perdagangan ini dipengaruhi harga komoditas baik migas maupun nonmigas pada Februari 2019. ‎Sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti‎ nikel, tembaga, seng, karet dan sawit. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu minyak kernel dan batu bara.

"Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ada, tapi ada juga komoditas yang mengalami penurunan. Minyak mentah dan nonmigas ini berpengaruh pada nilai ekspor dan impor Indonesia," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya