Ekspor RI Merosot 10 Persen pada Februari, Ini Penyebabnya

Nilai ekspor Indonesia pada Februari tercatat sebesar USD 12,53 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mar 2019, 10:37 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 10:37 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Februari turun sebesar 10,03 persen dibandingkan Januari 2019. Nilai ekspor Indonesia pada Februari tercatat sebesar USD 12,53 miliar. 

"Nilai ekspor Februari 2019 total USD 12,53 Miliar. Dibanding Januari turun 10,03 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Jumat (15/3/2019).

Suhariyanto menjelaskan, nilai ekspor hasil minyak dan gas turun pada Februari yaitu sebesar USD 1,09 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada produk nonmigas. Nonmigas tercatat sebesar USD 11,44 miliar. 

"Pergerakan ekspor dari bulan ke bulan yang 2019 patternnya bulan Februari selalu menurun dibanding Januari. Itu karena jumlah hari Februari selalu lebih pendek dibanding bulan sebelumnya," kata dia.

Ekspor Indonesia menurut sektor, migas merosot sebesar 11,85 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara dari non migas, pertanian turun sebesar 17,40 persen dibanding bulan sebelumnya. 

"Pengolahan turun 7,71 persen. Month to month yang menyebabkan turun yaitu minyak kelapa sawit, kimia dasar, pakaian jadi, tekstil dan sepatu. Pertambangan dibanding Januari turun 18,76 persen. Komositasnya batu bara, biji tembaga dan liknit besi,"  ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 0,33 Miliar pada Februari

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2019 surplus sebesar USD 0,33 miliar. Hal ini berbanding terbalik dari Januari 2019 yang defisit sebesar USD 1,16 miliar dan Februari 2018 yang defisit USD 120 juta.

"Sesudah 4 bulan kita mengalami defisit, Alhamdulillah bulan ini kita mengalami surplus. Kita berharap bulan-bulan berikutnya kita mengalami surplus," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Jumat 15 Maret 2019.

Dia menjelaskan, pada Februari 2019, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 12,53 miliar. Sedangkan impor sebesar USD 12,2 miliar.‎

"Pada Februari 2019, total ekspor sebesar USD 12,53 miliar. Dibandingkan Januari 2019, berarti ada penurunan 10,03 persen," ungkap dia.

Sedangkan impor pada Februari 2019 juga menurun drastis yaitu 18,61 persen dibandingkan impor di Januari 2019.

Dia menjelaskan, neraca perdagangan ini dipengaruhi harga komoditas baik migas maupun nonmigas pada Februari 2019. ‎Sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti‎ nikel, tembaga, seng, karet dan sawit. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu minyak kernel dan batu bara.

"Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ada, tapi ada juga komoditas yang mengalami penurunan. Minyak mentah dan nonmigas ini berpengaruh pada nilai ekspor dan impor Indonesia," tandas dia.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya