Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur terus berupaya menekan impor bahan baku industri. Salah satunya melalui pemanfaatan teknologi digital dengan aplikasi bernama 'e-raw material'.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Jawa Timur, Drajat Irawan mengatakan, saat ini impor bahan baku dan bahan penolong menduduki porsi terbesar, yakni 78 persen dari total impor Jawa Timur.
"Paling banyak bahan baku, bahan penolong yang impor 78 persen, kemudian baru mesin dan barang konsumsi. Bahan baku dan bahan penolong ini yang lagi kita upayakan supaya lebih banyak lagi memanfaatkan bahan baku lokal," kata dia saat ditemui di sela-sela acara e-Smart IKM 2019 bertajuk 'IKM Go Digital', di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jumat (29/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan, aplikasi bernama 'e-raw material' ini akan berisi daftar seluruh bahan baku yang diimpor serta bahan baku lokal. Saat ini, aplikasi tersebut masih dalam tahap persiapan dan uji coba.
"Aplikasi ini memang baru dibuat. Melihat bagaimana pergerakan material bahan baku Jawa Timur ke Provinsi lain terus dari Provinsi lain ke Jawa Timur. Itu diinventarisasi. Yang termasuk bahan baku, bahan penolong, dimasukkan ke e-raw material," ujar dia.
Nantinya, aplikasi akan menunjukkan bahan baku lokal mana saja yang dapat menggantikan bahan baku impor.
"Sudah dibuat, masih diujicobakan. Jawa Timur kemudian akan mengusahakan paling tidak punya data base tentang bahan baku dan bahan penolong untuk mencari substitusi impor dengan bahan lokal. Lokal itu bisa diambil dari Jawa Timur, bisa juga dari Provinsi lain," kata dia.
Meskipun tidak menyebutkan secara terperinci target diluncurkannya aplikasi tersebut, Drajat mengatakan, pihaknya menargetkan aplikasi anyar itu akan selesai tahun ini.
"Mudah-mudahan tahun ini masih disempurnakan terus ini," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Tekan Impor Bahan Baku, Menperin Ingin Genjot Industri Farmasi
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menegaskan jika sebagai upaya untuk menekan impor bahan baku industri farmasi diperlukan investasi.
Hal ini dia sampaikan dalam acara 'Peresmian Pelepasan Kontainer Ekspor Ke-3.000 PT Bayer Indonesia,' di Jakarta, Rabu 27 Maret 2019.
"Impor bahan baku dan impor industri itu sama, harus ada investasi. Jadi kita kejar investasi dulu," kata dia.
Dia mengakui bahwa industri farmasi nasional masih terkendala pasokan bahan baku dari dalam negeri, sehingga hampir 90 persen bahan bakunya masih dipenuhi dari impor.
Saat ini Indonesia masih mengimpor sebesar USD 4 miliar dalam bentuk bahan baku obat dan sekitar USD 800 juta dalam bentuk obat jadi.
"Untuk farmasi kan impornya masih tinggi. Jadi bahan bakunya," jelas Airlangga.
Selain mendorong investasi, Pemerintah juga akan terus berupaya menggenjot kinerja ekspor Indonesia. Sektor nonmigas, salah satunya farmasi, diakuinya memang berkinerja positif bagi perekonomian nasional.
"Jadi pemerintah Pak Jokowi konsisten menggenjot ekspor dan menekan impor. Dan kalau kita lihat kemarin, 2018 kita kalau sektor nonmigas kan positif sehingga kita genjot terus sektor ini berkontribusi terhadap perekonomian," kata dia.
"Tentu kita target farmasi ini jadi andalan, karena bea ekspornya kebanyakan negara itu nol jadi potensi Indonesia besar," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement