Apindo Siapkan Peta Jalan Ekonomi dalam 5 Tahun

Peta jalan ini diharapkan dapat mencerminkan pandangan, pemikiran dan harapan dunia usaha untuk meningkatkan daya saing nasional.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2019, 20:12 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2019, 20:12 WIB
20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tengah menyiapkan roadmap atau peta jalan perekonomian Indonesia periode 2019-2024 atau lima tahun ke depan.

Peta jalan ini diharapkan dapat mencerminkan pandangan, pemikiran dan harapan dunia usaha untuk meningkatkan daya saing nasional.

"Apindo sudah siapkan untuk roadmap perekonomian pemerintahan yang akan datang dan kami sedang kerjakan," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W Kamdani di Kantornya, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Shinta menuturkan, konsep yang dipersiapkan sekarang merupakan roadmap perekonomian mencakup survei yang dilakukan pihaknya melalui beberapa focus group discussion (FGD) dari para pelaku usaha di sektor-sektor tertentu. Ini jelas berbeda daripada roadmap yang disodorkan pada 2014 lalu.

"Gambaran apa yang kita lakukan, di 2014 kita sampaikan dan sudah di pergunakan oleh pemerintah. Di tahun ini kita sudah mulai liat bagaimana masukan kongkrit dari dunia usaha," kata dia.

Dia menuturkan, roadmap perekonomian Apindo ini ditulis berdasarkan tiga bagian yang utama, pertama adalah bagian konseptual atau studi literaturnya. Kedua yakni masukan dan hasil rekomendasi survei FGD dan pelaku usaha. Kemudian ketiga adalah matriks kebijakannya.  

"Selama ini belum kita lakukan dan target Agustus bisa disampaikan," imbuhnya.

Shinta berharap, melalui peta jalan ini, para pelaku usaha mampu bersinergi dengan pemerintah untuk meningkatkan kinerja perekonomian di masing-masing daerahnya yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing nasional.

"Kita merasa dengan hasil yang sudah ada dengan dilakukan pemerintah saat ini kita ingin lakukan perubahan yang sustainable agar lebih cepat jalannya. Dan apa yang sudah dilakukan selama ini bisa ditingkatkan lagi," pungkasnya.

 

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ekonomi Global Melambat, Apindo Minta Pemerintah Antisipasi

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh IMF yang turun dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Jika tidak, penurunan ini juga akan berdampak pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan, jika turunnya pertumbuhan ekonomi dunia akan berdampak pada ekonomi masing-masing negara, termasuk Indonesia.

Oleh sebab itu, hal ini perlu segera diantisipasi agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak melorot di tahun ini.

"Imbasnya pasti ada, karena kalau yang namanya prediksi seperti itu akan ada penyusutan dari pertumbuhan. Imbasnya ke seluruh dunia akan ada," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis, 11 April 2019.

 

 

Selanjutnya

Capaian Ekspor - Impor 2018 Masih Tergolong Sehat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebagai langkah antisipasi, lanjut dia, pemerintah harus menggenjot produksi dan konsumsi di dalam negeri. Dengan demikian, penjualan produk yang di dalam negeri tidak terpengaruh pada penurunan permintaan global.

"Antisipasinya, kita harus memperkuat pasar dalam negeri. Jadi domestiknya harus kita drive. Maksudnya sebisa mungkin pada yang bisa kita lakukan di dalam negeri, kita produksi di dalam negeri, sebisa mungkin sektor produksi jasa di dalam negeri diperkuat. Itu untuk antisipasi kalau terjadi penurunan demand secara global," ungkap dia.

Selain itu, kata Hariyadi, pemerintah harus meminimalisir hambatan-hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi yang mungkin terjadi di dalam negeri. ‎Hal ini agar kegiatan ekonomi di dalam negeri bisa tetap berjalan normal di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

"Intinya mendorong semaksimal mungkin output nasional. Harus dirangsang supaya ekonominya jalan. Dan apa yang dirasa menjadi hambatan, segera dikoreksi," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya