Liputan6.com, Bogor - Kementerian Pertanian (Kementan) beberapa waktu lalu telah melakukan uji coba pemakaian Biodiesel 100 persen atau B100 untuk mobil dan traktor. Proyek percobaan awal yang ditujukan bagi 10 mesin ini telah mencapai jarak tempuh 6.000 kilometer (km).
Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro mengatakan, uji coba penggunaan B100 tersebut secara hasil lab sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Alhamdulillah, dari hasil pengujian di B100 itu, dari hasil lab sudah memenuhi standar SNI. Ada 12 SNI yang harus dipenuhi, kita sudah terpenuhi," ucap dia di Bogor, Minggu (21/4/2019).
Advertisement
Setelah melewati tahap awal uji coba ini, ia melanjutkan, Kementan ingin agar mobil serta alat dan mesin pertanian bisa mencapai jarak 20 ribu km. Bila memenuhi standar tersebut, B100 berarti siap digunakan untuk umum.
"Tetapi untuk bisa untuk umum, itu harus dapat sertifikat dari Kementerian ESDM. Oleh karena itu setelah dicek dan bagus, nanti kita serahkan ke Kementerian ESDM untuk mengaplikasikannya," sambungnya.
Dia pun menyatakan, belum menemui kendala selama proses awal uji coba pemakaiannya. Bila sukses melewati seluruh rangkaian uji coba, maka penggunaan B100 ini kelak bisa diterapkan oleh berbagai perusahaan BUMN dan swasta yang bergelut di sektor pertanian.
"Aplikasinya nanti untuk produk pertanian. Begitu hasilnya ternyata bagus, semua alat mesin pertanian yang akan digunakan oleh Kementerian Pertanian, itu harus memenuhi standar mesin yang sesuai dengan B100," ujar dia.
Indonesia Bisa Hemat Devisa Rp 150 Triliun Bila Pakai B100
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meluncurkan uji coba penggunaan biofuel 100 persen CPO (B100). Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) ini diyakini bisa menekan impor BBM dan menghemat devisa.
Amran mengungkapkan selama ini Indonesia mengimpor solar sebesar 16 juta ton. Sedangkan dari program B20 baru mencapai 6 juta ton.
"Untuk kebutuhan solar, impor 16 juta ton, 6 juta dari B20. Kita akan penuhi kebutuhan dalam negeri 20 juta ton," ujar dia di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (15/4/2019).
Baca Juga
Dengan 100 persen menggunakan CPO, maka bisa menekan impor solar dan menghemat devisa hingga mencapai Rp 150 triliun.
"Nantinya secara bertahap selama 2 tahun terakhir impor kita berkurang karena menggunakan 6 juta ton CPO yaitu sehingga kita sudah selamatkan devisa. Selanjutnya nanti bisa saja 16 juta ton semuanya kita subsitusi dari solar menjadi CPO, yang kita lakukan sekarang namanya b100. ‎Nanti bisa hemat devisa negara Rp 150 triliun," lanjut dia.
Selain itu, dengan penggunaan B100, juga akan meningkatkan penyerapan CPO di dalam negeri. Sehingga akan meningkatkan harga CPO dan pada ujungnya membuat petani lebih sejahtera.
"Secara tidak langsung langsung kita tingkatkan pendapatan petani kita, menjamin kesejahteraan mereka. Karena produksi sawit CPO 46 juta, CPO kita ekspor 34 juta. Jadi hemat devisa, tingkat kesejahterakan petani, hemat enegi fosil, dampak ke lingkungan juga baik karena tidak ada asap," tandas dia.
Advertisement
Menko Luhut Optimistis Pemerintah Bisa Terapkan B100
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku optimistis bisa menerapkan penggunaan Biodiesel 100 persen atau B100 kepada masyarakat luas.
Pemerintah saat ini terus mendorong pemakaian campuran BBM dengan minyak kelapa sawit sebesar 30 persen (B30) untuk kemudian bisa segera diterapkan.
"Sekarang sudah testing terus ya. Itu saya kira akan berdampak juga kepada kelapa sawit dan juga akan berdampak kepada penerimaan holders kita yang 40 persen itu. Saya kira itu akan berjalan," ujar dia di Jakarta, Rabu (17/4/2019).
Jika pemakaian B30 telah berhasil diimplementasikan, dia percaya penerapan B100 akan bisa segera terlaksana. "Dan akan masuk ke 100 persen. Karena kita akan mengurangi impor-impor Crude Palm Oil atau energi kita," ungkapnya.
Luhut menyebutkan, jumlah impor dari Crude Palm Oil (CPO) negara per tahunnya bisa mencapai Rp 350 triliun. Jika penerapan B30 mampu menekan impor CPO hingga separuhnya, ia yakni defisit neraca perdagangan atau Current Account Deficit (CAD) Indonesia bisa satu digit.
"Saya kira hampir Rp 350 triliun ya setahun. Jadi kalau kita bisa kurangi itu hampir lebih setengah, saya kira CAD kita akan single digit," ujar dia.