Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memastikan jarak tempuh Jakarta dan Bandung akan berkurang menjadi 40 menit saja. Pengurangan waktu tempuh ini berkat selesainya proyek kereta cepat.
Ridwan menyebut akhir tahun ini progres kereta cepat akan selesai 60 persen. Barulah pada akhir tahun depan akan beres 100 persen.
"Akhir tahun depan target selesai 100 persen. Jakarta-Bandung cukup ditempuh 40 menit," ujar Ridwan Kamil dalam akun Instagram resminya.
Advertisement
Baca Juga
Bersama dengan Menteri BUMN Rini Soemarno, sang gubernur menyaksikan terowongan di area Walini sepanjang 608 meter. Proyek kereta cepat ini tidak memakai dana APBN dan berhasil menjaring tenaga kerja lokal serta melahirkan empat kota baru.
ÂÂÂView this post on Instagram
"Dengan hadirnya jalur kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini, maka akan hadir 4 kawasan kota baru (Halim, Karawang, Walini dan Tegal Luar)," ujar Ridwan Kamil.
Proyek kereta cepat ini juga memberi dampak ekonomi bagi para pemuda. Ke depannya, kawasan kota baru itu juga menghasilkan lapangan kerja bagi generasi Z.
"Sekitar 3-5 juta lapangan kerja baru untuk generasi Z Jawa Barat akan hadir jika 4 kawasan kota baru terwujud dan 5-10 tahun ke depan," ucapnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Studi Kelayakan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Mulai Juni 2019
Perjalanan panjang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya akan memasuki babak baru. Japan International Cooperation Agency (JICA) akan segera melakukan tahap Studi Kelaikan atau feasibility study (FS) setelah sebelumnya melakukan tahap Pra feasibility study pada tahun lalu.
Chief Representative JICA Indonesia Office Shinichi Yamanaka mengungkapkan, JICA akan segera melakukan feasibility study pada Juni.
"Untuk proyek itu nanti baru akan dimulai studinya. Feasibility study itu baru akan nanti dimulai Juni nanti, Juni tahun ini," kata dia saat ditemui di Gedung Bappenas, Jakarta, April lalu.Â
Proses Studi kelayakan tersebut akan berlangsung kurang lebih selama satu hingga satu tahun setengah. Artinya, proses tersebut baru akan selesai di 2020. "Kira-kira sampai satu setengah tahun," ujarnya.
Keputusan JICA akan menjadi investor mayoritas atau tidak bergantung pada hasil studi kelayakan tersebut. "Nanti baru akan dipertimbangkan setelah keluar hasil feasibility study," kata dia.
Sebelumnya, proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya sempat dikabarkan akan menelan biaya sebesar Rp 60 triliun. Namun kata dia, angka tersebut bisa saja berubah bergantung hasil dari studi kelayakan nanti.
Sementara itu, jika feasibility study sudah selesai, maka proses selanjutnya yaitu melakukan tender. "Biasanya setelah itu akan ada pembuatan detail desain, terus setelah itu baru pemilihan tender kontraktor dan konsultan," tutupnya.
Advertisement