BI: Surplus Neraca Perdagangan Mei 2019 Beri Dampak Positif

Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2019 mencatat surplus USD 0,21 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jun 2019, 20:18 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2019, 20:18 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2019 mencatat surplus USD 0,21 miliar. Hal membaik dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang mencatat defisit USD 2,28 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, surplus neraca perdagangan tersebut terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas ditopang oleh ekspor nonmigas yang meningkat dan impor nonmigas yang menurun.

"Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas yang menurun dipengaruhi meningkatnya ekspor migas dan menurunnya impor migas," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (24/6/2019).

Dia menjelaskan, neraca perdagangan nonmigas Mei 2019 mengalami surplus USD 1,19 miliar, setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit USD 0,79 miliar. Pada satu sisi, perkembangan positif tersebut dipengaruhi oleh peningkatan ekspor nonmigas yakni dari USD 12,37 miliar pada April 2019 menjadi USD 13,63 miliar.

"Peningkatan terutama terjadi pada komponen lemak dan minyak hewani atau nabati, perhiasan atau permata, serta bahan bakar mineral," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Ratusan peti kemas di area JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Januari-September 2016, nilai ekspor sebesar US$ 104,36 miliar, turun 9,41% (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, impor nonmigas tercatat sebesar USD 12,44 miliar, menurun USD 0,72 miliar (mtm) dibandingkan dengan impor pada bulan sebelumnya. Penurunan impor nonmigas terutama terjadi pada komponen mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, serta mesin/pesawat mekanik.

Neraca perdagangan migas tercatat defisit USD 0,98 miliar pada Mei 2019, membaik dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar 1,49 miliar dolar AS. Perbaikan tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor migas, dari USD 0,74 miliar pada April 2019 menjadi USD 1,11 miliar pada Mei 2019.

Peningkatan terutama didorong oleh komponen ekspor gas sejalan peningkatan volume ekspor, di tengah penurunan harga ekspor gas. Sementara itu, impor migas menurun dari USD 2,24 miliar menjadi USD 2,09 miliar pada Mei 2019. Penurunan impor migas terutama terjadi pada komponen hasil minyak dan gas, sejalan dengan menurunnya volume ekspor kedua komponen tersebut.

BI menilai surplus neraca perdagangan pada Mei 2019 berdampak positif terhadap prospek neraca transaksi berjalan 2019, yang diperkirakan defisit dalam kisaran 2,5 persen–3 persen terhadap PDB.

"Ke depan, Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus berkoordinasi mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik sehingga tetap dapat menjaga stabilitas eksternal, termasuk prospek neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan," tandas dia.

 

BPS: Impor RI Capai USD 14,53 Miliar di Mei 2019

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Mei 2019 sebesar USD 14,53 miliar atau turun 5,62 persen jika dibandingkan dengan April 2019. Dengan demikian, secara kumulatif impor Indonesia dari Januari hingga Mei tercatat sebesar USD 70,60 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari jumlah tersebut impor nonmigas tercatat sebesar USD 12,44 miliar atau turun 5,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Demikian pula jika dibandingkan Mei 2018 turun sebesar 15,94 persen.

Sementara impor migas pada Mei 2019 mencapai USD 2,09 miliar atau turun 6,41 persen dibanding April 2019. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, impor migas juga turut alami penurunan sebesar 26,89 persen.  

"Penurunan impor non migas terbesar Mei 2019 dibanding April 2019 adalah golongan meson dan peralatan listrik sebesar USD 158,5 juta, sedangkan peningkatan besar adalah golongan sayuran," ujar Suhariyanto saat memberi keterangan pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (24/6).

Adapun tiga negara besar pemasok barang impor sepanjang Januari hingga Mei 2019 masih ditempati oleh Tiongkok sebesar USD 158,5 juta. Kemudian disusul Jepang dan Thailand dengan nilai masing masing sebesar USD 6,46 miliar dan USD 3,95 miliar.

"Negara pengimpor terbesar masih dikuasi oleh Tiongkok (China), Jepang dan Thailand," pungkasnya

Naik 12,42 Persen, Ekspor Indonesia di Mei 2019 Capai USD 14,74 Miliar

Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat Badan Pusat Statistik, Jakarta, Senin (24/6/2019).
Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat Badan Pusat Statistik, Jakarta, Senin (24/6/2019).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Mei 2019 mengalami kenaikan sebesar 12,42 persen dibanding ekspor bulan sebelumnya. Ekspor Mei tercatat sebesar USD 14,74 miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 12,60 miliar.

"Ekspor pada Mei 2019 tercatat sebesar USD 14,74 miliar," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat Badan Pusat Statistik, Jakarta, Senin (24/6/2019).

Suhariyanto mengatakan, ekspor pada Mei mengalami kenaikan karena sektor migas dan nonmigas memgalami peningkatan cukup signifikan. Sektor migas naik sebesar 50,19 persen sedangkan nonmigas juga naik sebesar 10,16 persen.

"Ekspor migas pada Mei sebesar USD 1,11 miliar dan non migas sebesar USD 13,63 miliar," jelasnya.

Menurut sektor, ekspor seluruh komponen hampir mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Di mana sektor pertanian tercatat sebesar USD 0,32 miliar atau naik sebesar 25,19 persen secara month to month (mtm).

Kemudian industri pengolahan juga mengalami kenaikan sebesar 12,40 persen dengan nilai ekspor sebesar USD 11,16 miliar. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan lainnya alami penurunan sebesar 1,76 persen dengan nilai ekspot USD 2,15 miliar

Adapun nilai total ekspor dari Januari sampai dengan Mei 2019 mencapai sebesar 68,46 persen. Angka ini turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 74,91 persen. "Secara keseluruah ekspor Mei 2019 lebih rendah dari posisi 2018," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya