Harga Emas Diprediksi Loyo karena Aksi Ambil Untung

Harga emas sempat naik karena muncul sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan menurunkan suku bunga.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Jul 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2019, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, Montreal - Analis memberi peringatan bahwa harga emas akan melemah pada pekan ini. Para investor pun diminta tidak meninggikan ekspektasi mereka.

Pada pekan lalu, emas berhasil menembus harga psikologis yakni USD 1.400 per ounce. Kenaikan itulah yang mendorong investor untuk ambil untung.

"Tidak mengejutkan jika kita melihat beberapa investor yang mengambil untung," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank seperti dikutip Kitco.

Harga emas sempat naik karena muncul sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan menurunkan suku bunga. Gubernur The Fed Jeremy Powell juga menyuarakan kecemasannya terhadap melambatnya pertumbuhan global yang bisa berdampak besar ke AS.

Salah satu negara yang kena dampak pelambatan ekonomi adalah Singapura. Ekonomi Singapura hanya 3,4 persen atau tumbuh 0,1 persen di kuartal II 2019, padahal ekspektasi pertumbuhan adalah 1,1 persen.

Ahli strategi komoditas TD Securities, Daniel Ghali, juga menyebut ekonomi AS yang relatif sehat bisa terimbas oleh pelambatan ekonomi. Ia pun optimistis harga emas akan awet di atas USD 1.400 per ounce.

"Kami merasa nyaman bahwa harga bertahan di atas USD 1.400 per ounce sebagaimana pasar menunggu update terbari dari the Fed usai pertemuan bulan Juli," ujar Ghali.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Usai Tumbang, Harga Emas Mulai Merangkak Naik

Ilustrasi emas
Ilustrasi emas.

Harga emas kembali naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Hal ini setelah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powel memberi ekspektasi penurunan suku bunga yang mengutip risiko terhadap ekonomi AS sehingga membuat nilai tukar dolar AS melemah.

Mengutip CNBC, Kamis, 11 Juli 2019, Powell mengatakan kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan dan ekonomi global yang lemah terus membebani prospek ekonomi AS dan The Fed berniat untuk mempertahankan ekspansi selama satu dekade.

Harga emas di pasar spot naik 1,1 persen menjadi USD 1,413.20 per ounce. Harga telah turun ke USD 1,389.55 di awal sesi. Emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus naik 1,1 persen menjadi USD 1,415.40 per ounce.

"Powell telah melakukan cukup banyak untuk meyakinkan para pedagang bahwa dia tidak menutup pintu tetapi membiarkannya terbuka berkaitan dengan penurunan suku bunga yang merujuk pada ekonomi yang lebih lemah, merujuk pertumbuhan bisnis dan stagnasi pertumbuhan ekonomi," ungkap Analis Pasar Senior OANDA Craig Erlam.

"Ini sangat dovish seperti yang bisa kita harapkan dan pasar emas telah melompat langsung ke sana. Dolar telah turun dan harga emas secara bersamaan telah rebound lebih tinggi. " lanjut dia.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga AS

Ilustrasi Harga Emas Naik 1
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Meskipun ekspektasi untuk penurunan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan The Fed akhir bulan ini telah menguap setelah kenaikan pekerjaan yang diprediksi dilaporkan minggu lalu, investor masih mengharapkan penurunan 25 basis poin karena inflasi yang lemah dan kekhawatiran tentang pertumbuhan bisnis dampak dari perang dagang AS-China.

Komentar Powell juga mendorong indeks dolar turun sebanyak 0,3 persen terhadap sekeranjang mata uang lainnya, setelah naik ke level tertinggi tiga minggu di sesi sebelumnya.

"Kami masih berpikir ada risiko naik dan penurunan menuju USD 1.375 dan di bawah USD 1.375 adalah kesempatan untuk membeli emas," kata Suki Cooper, Analis Logam Mulia di Standard Chartered Bank.

"Faktor-faktor makro masih mendukung (emas) tetapi tantangan jangka pendek kemungkinan berasal dari pasar fisik yang lebih lemah dan setiap serangan sementara kekuatan dolar atau kenaikan dalam imbal hasil," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya