Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, laju penurunan produksi migas semakin mengecil, setelah dilakukan beberapa upaya untuk menekannya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, jika tidak melakukan upaya untuk menekan laju penurunan produksi migas, rasio penurunan produksi migas mencapai 20 persen. Namun sejak 2015 penurunan produksi migas dapat ditekan menjadi 3 persen.
"Saat ini di posisi pernah 800 ribu barel per hari, periode decline (penurunan produksi) sampai sekarang ada," kata Dwi, saat Rapat dengan Komisi VII DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dwi mengungkapkan, upaya untuk menekan laju penurunan produksi migas di antaranya menerapkan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) pada sumur migas yang sudah tua. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan produksi Minyak.
"Beberapa langkah, meliputi beberapa kelompok, rutin work program, EOR dan hasil eksplorasi," tutur Dwi.
Dwi melanjutkan, upaya berikutnya adalah menerapkan masa trasisi dalam pergantian operator blok migas. Operator baru diperbolehkan ikut mengelola blok migas sebelum kontrak operator lama habis. Hal ini Telah diterapkan pada pengelolaan Blok Mahakam dan juga akan diterapkan di Blok Rokan.
"Eksekusi work program rutin, yang masif dan agresif. Dorong transisi Rokan. Biar dikerjakan benar benar, kontrol tiap bulan," ujarnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Percepat Penetapan Operator Blok Migas
Menurut Dwi, mempercepat penetapan operator blok migas yang akan habis kontrak dan persetujuan rencana pengembangan blok migas, juga menjadi upaya pemerintah untuk menekan laju penurunan produksi migas.
"Yang akan expired di 2023, sebagian besar sudah ditetapkan yang akan menjadi operator sesudahnya. POD baru kita bantu agar KKKS bisa segera selesaikan," tandasnya.
Advertisement