Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya mencetak tenaga kerja yang berkualitas di Indonesia. Salah satunya dengan program pendidikan vokasi. Dia menjelaskan, tenaga kerja yang berkualitas dapat meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia serta menjadi brenchmark.
"Ini PR besar kalau bicara nasional policy apa, tetap bertumpu manusianya harus baik, sistem pendidikan vokasi itu menjadi penting. Bukan masalah uang, tapi bagaimana melaksanakannya," kata dia saat menjadi pembicara pada acara Kadin Talks, di Menara, Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Oleh sebab itu, dia berharap asosiasi pengusaha seperti Kadin dan Apindo dapat ikut berperan dalam menciptakan tenaga kerja-tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing. Sebab menurutnya, para pengusaha jauh lebih tahu hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh dunia usaha, termasuk kriteria tenaga kerja tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Saya berharap Kadin, Apindo yang tahu betul what kind of skill saya berasumsi enterpreneur membangun sektor produksi yang bagus. Anda betul-betul melatih yang jadi benchmark," ujar Sri Mulyani.
Dia menegaskan, tidak akan segan-segan menggelontorkan anggaran untuk vokasi selama itu berhasil melahirkan tenaga kerja dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik.
"Saya tidak peduli Rp 1 triliun asalkan hasilkan skill full. Saya tidak peduli ini dikerjakan oleh siapa (pemerintah atau swasta) yang penting Rp 1 triliun tidak sia-sia," ujarnya.
Kendati demikian dia juga mengungkapkan kekhawatirannya jika sampai program vokasi tersebut tidak berjalan sesuai harapan.
"Tapi saya takut swasta bikin kursus abal-abal juga, makanya saya butuh kerjasama dengan swasta agar Indonesia dipressure memiliki brenchmark baik. Karena kalau gak, rugi, tenaga kerja gak terlatih uang lenyap. Ini responsbility kita," tutup Sri Mulyani.
Reporter:Â Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Kemenperin Ungkap Persoalan Utama Pendidikan Vokasi di Indonesia
Sebelumnya, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko Cahyanto, membeberkan beberapa permasalahan utama pendidikan vokasi di Indonesia. Menurutnya, saat ini tengah terjadi disparitas atau kergaman mutu pendidikan khususnya berkaitan dengan kompetensi keahlian.
"Kompetensi keahlian yang ada di SMK jumlahnya sangat banyak. Saat ini terdapat 146 kompetensi keahlian namun hanya 36 yang terkait dengan sektor industri," katanya dalam acara penutupan pelatihan kepala sekolah dan guru SMK produktif di Kemenperin Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Kemudian permasalahan lain yang ada di sektor pendidikan Tanh Air yakni ketersediaan tenaga pendidik yang belum memadai secara kuantitas. Menurutnya hanya ada 22 persen guru produktif di Indonesia.
"Sarana dan prasarana belajar yang juga belum memenuhi kebutuhan, bahkan 30 persen tertinggal 2 generasi," katanya.Â
BACA JUGA
Eko mengatakan dengan persoalan-persoalan tersebut akan bertambah parah, jika tidak didukung dengan komponen utama pendidikan seperti kurikulum yang tidak fleksibel, sumber daya manusia yang kurang mumpuni, sarana dan prasarana pendidikan yang masih terbatas.
Oleh karena itu, lanjut dia, dengan adanya Inpres 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK yang di tindak lanjuti oleh Kementerian Perindustrian dengan Program Vokasi Industri permasalahan yang dihadapi saat ini dapat diselesaikan satu per satu.
Dia menambahkan, dengan adanya tindak lanjut dari program vokasi industri melalui program peningkatan kompetensi guru SMK yang dilaksanakan kerjasama dengan ITEES Singapura pada tahun 2018 untuk guru SMK bidang Leaders Training Workshop, Instalasi Listrik, Otomasi dan Pemesinan dapat menjadi belal bagi pendidikan di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sebanyak 99 guru telah mengikuti pelatihan di Singapura berasal 87 SMK yang terdiri 61 SMK Negeri serta 26 SMK Swasta.
"Kami ucapkan terimakasih kepada ITEES Singapura yang telah menyelenggarakan pelatihan ini dan temasek foundation yang telah mendukung penyelenggaraan program ini. Semoga kerja sama ini dapat di lanjutkan lagi," pungkasnya.
Advertisement