Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mencanangkan, penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan penataan lahan menjadi salah satu modal penting untuk menggagas transformasi ekonomi, sehingga bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, berdaya saing, dan berkualitas
Dari sisi sektor tenaga kerja, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri menjelaskan, ada empat pilar dalam transformasi sistem ketenagakerjaan. Keempat pilar itu yakni pelatihan dan produktivitas, penempatan dan perluasan kesempatan kerja, hubungan industrial, serta pengawasan.
Advertisement
Baca Juga
Dia juga menegaskan, Kementerian Ketenagakerjaan tidak hanya berupaya meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan vokasi, melainkan juga terus memperbaiki keseluruhan ekosistem ketenagakerjaan tanah air.
"Jadi kita upayakan bukan hanya punya skill yang baik, tapi juga pasti dapat kerja. Jaminan sosial pun harus diperkuat," jelas dia dalam sebuah keterangan tertulis, Sabtu (10/8/2019).
Tak hanya itu, ia melanjutkan, saat ini pihaknya berusaha meningkatkan iklim ketenagakerjaan agar tidak lagi kaku.
"Dengan konsep flexibility labour market, sulit untuk meminta perusahaan memberi jaminan kepastian kerja. Paradigmanya yang mesti diubah, dari semula dahulu harus kerja tetap kini yang penting tetap kerja," sambungnya.
Di sisi lain, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil mengatakan, kebijakan lahan dalam bentuk reforma agraria juga menjadi perhatian pemerintah untuk bantu mendorong terciptanya transformasi ekonomi di Tanah Air.
Menurutnya, regulasi ini dirancang untuk menata kembali struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadlian. Hal tersebut dilakukan melalui penataan aset yang disertai dengan penataan akses untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
"Selain itu, ada juga gagasan Bank Tanah sebagai salah satu fasilitator untuk meningkatkan investasi. Konsep ini akan memudahkan bagi masyarakat pemilik tanah untuk mendapatkan pinjaman modal. Detail yang mengatur lebih lanjut aturan mainnya pun kini sedang disiapkan oleh pihak BPN," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan Ekonomi RI Bakal Tembus 6 Persen di 2024
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyentuh 6 persen di tahun 2024.
Pihaknya menjelaskan, mesti tahun lalu BI cenderung sulit untuk melakukan manuver pada kebijakan moneter, dirinya optimistis pertumbuhan ekonomi RI bakal terus menanjak kedepannya.
"Kami yakin pertumbuhan ekonomi ke depan akan terus enaik, memang agak slow di awal, tapi bakal lebih cepat kedepan," tuturnya di Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Dia melanjutkan, BI selaku bank sentral akan terus melonggarkan kebijakannya untuk mestimulus pertumbuhan ekonomi. Meski masih dirundung ketidakpastian global, RI dinilai bakal tetap menyesuaikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang.
"Tahun ini memang masih di bawah 5,2 persen, tapi within the next 5 year kita bisa tembus 6 persen," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, Pemerintah terus melakukan transformasi ekonomi yang salah satunya diimplementasikan melalui 10 destinasi wisata prioritas selain Bali.
"Ada Wakatobi, Labuan Bajo. Kita dorong transformasi ekonomi untuk pemerataan," pungkasnya.
Advertisement
Indef: Lebaran Tak Mampu Kerek Pertumbuhan Ekonomi
Wakil Direktur Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto mengatakan, momentum lebaran 2019 tak signifikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Eko menjelaskan, selama 7 tahun terakhir, Lebaran tak selalu dapat dioptimalkan untuk mengkerek pertumbuhan ekonomi. Hal ini bertentangan dengan pertanyaan pemerintah yang menyebutkan momentum Lebaran berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 justru melambat jika dibandingkan triwulan II-2018. Ini menggambarkan stimulasi musiman hari raya semakin terbatas dalam mendorong perekonomian," tuturnya Rabu (7/8/2019).
Selain itu, lanjut Eko, meski konsumsi rumah tangga tercatat naik, faktanya laju investasi masih terbilang melempem.
"Pertumbuhan investasi turun jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Gimana mau dongkrak pertumbuhan ekonomi kalau pertumbuhan investasinya dibawah pertumbuhan ekonomi nasional," paparnya.
Di sisi lain, menurut Eko, hajatan demokrasi Pilpres 2019 juga tercatat belum cukup menstimulasi ekonomi.
"Secara proporsi, masih sangat terbatas dampaknya bagi perekonomian secara keseluruhan," terang dia.Â