Hanif Dhakiri: Reformasi Impor Positif, tapi Harus Beri Ruang Produsen Dalam Negeri

Selain menjaga keseimbangan dalam kebijakan impor, pemerintah juga perlu mempercepat penguatan industri substitusi impor—yakni sektor-sektor strategis yang mampu memproduksi barang yang selama ini terlalu bergantung pada luar negeri

oleh Muhamad Ridlo Diperbarui 10 Apr 2025, 21:10 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 21:03 WIB
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri. (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri. (Foto: Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Semarang - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri, menyampaikan apresiasi atas kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menghapus kuota impor untuk sejumlah komoditas strategis. Ia menyebut langkah tersebut sebagai bentuk reformasi ekonomi yang progresif dan berani, sekaligus sinyal kuat bahwa pemerintah serius membongkar tata niaga yang selama ini dikuasai oleh kelompok rente dan praktik tidak sehat.

“Presiden mengambil langkah yang tepat dan berani. Ini membuka jalan bagi perbaikan struktur perdagangan nasional yang lebih efisien dan transparan,” ujar Hanif Dhakiri dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (10/4/2025).

Namun, ia mengingatkan bahwa liberalisasi impor tidak boleh dilepaskan begitu saja tanpa pengaman dan kebijakan penyeimbang. Negara tetap memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa produsen dalam negeri tidak tergilas dalam kompetisi pasar bebas yang belum sepenuhnya setara.

“Pasar bebas harus disertai keadilan. Jangan sampai pelaku usaha nasional, terutama yang selama ini menopang kebutuhan pokok masyarakat, kehilangan ruang hidup karena banjir produk impor murah,” tegasnya.

Hanif yang merupakan Menteri Ketenagakerjaan RI 2014-2019 menambahkan bahwa selain menjaga keseimbangan dalam kebijakan impor, pemerintah juga perlu mempercepat penguatan industri substitusi impor—yakni sektor-sektor strategis yang mampu memproduksi barang yang selama ini terlalu bergantung pada luar negeri.

“Jangan hanya bicara soal membuka pintu, tapi juga soal menyiapkan dapur sendiri. Penguatan industri substitusi impor adalah kunci kemandirian ekonomi jangka panjang,” ujarnya.

Keseimbangan Hubungan Dagang

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri. (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri. (Foto: Istimewa)... Selengkapnya

Terkait strategi pemerintah memperluas impor dari Amerika Serikat sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan hubungan dagang, Hanif menyebut pendekatan itu realistis secara diplomatik, namun tetap harus diarahkan secara strategis agar mendukung ketahanan ekonomi nasional.

“Impor harus selektif dan bersifat komplementer, bukan substitusi terhadap apa yang bisa diproduksi di dalam negeri. Kita bisa memperluas hubungan dagang, tapi tetap dengan keberpihakan pada industri dan petani kita sendiri,” kata Hanif.

Wakil Ketua Umum DPP PKB ini juga menekankan pentingnya menjadikan kebijakan ini sebagai bagian dari negosiasi dagang yang adil dan timbal balik. Jika Indonesia membuka pasar bagi produk negara mitra, maka akses pasar ekspor Indonesia pun harus dibuka dengan setara.

“Langkah Presiden sudah benar. Sekarang tinggal bagaimana pemerintah menjaga keseimbangan antara efisiensi pasar dan keberpihakan terhadap pembangunan industri nasional,” pungkas Hanif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya