BPS Ingatkan Pemerintah Waspadai Musim Kemarau

BPS meminta pemerintah untuk mengantisipasi musim kemarau

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2019, 15:38 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2019, 15:38 WIB
Petani di Bekasi Gagal Panen
Petani menyelamatkan tanaman padinya dari kegagalan panen akibat musim kemarau di Ridogalih, Cibarusah, Bekasi, Minggu (7/7/2019). Ratusan hektare sawah gagal panen di wilayah Bekasi hingga membuat para petani merugi sampai miliaran rupiah. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhatiyanto meminta kepada pemerintah untuk mengantisipasi musim kemarau. Seperti diketahui musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober 2019 mendatang.

Suhariyanto mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga pasokan produksi bahan pangan. Sebab, komponen tersebut kerap memberikan andil terhadap inflasi.

"Musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung sampai dengan bulan Oktober pasti akan berdampak pada produksi bahan pangan. Itu perlu diwaspadai pemerintah untuk menjaga pasokan," ujar Suharoyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (2/9/2019).

Berdasarkan catatan BPS, kelompok bahan makanan pada Agustus 2019 menjadi penyumbang inflasi pada periode tersebut. Komoditas dominan yang memberi andil inflasi yakni adalah cabai merah yang menyumbang sebesar 0,01 persen, dan cabai rawit sebesar 0,07 persen

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kata DPR RI

Musim Kemarau, Harga Gabah Petani Alami Kenaikan
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR RI Darori Wonodipuro mengingatkan pentingnya antisipasi atas datangnya musim kemarau yang dapat berdampak pada turunnya produksi hasil pertanian.

Darori mengatakan, potensi terjadinya puso dan gagal panen pada tahun ini bisa diantisipasi melalui sistem pengairan yang baik. Namun, pemeliharaan waduk maupun saluran irigasi yang ada saat ini belum sepenuhnya dilakukan dengan optimal.

"Ketika kita butuh air, justru kita tidak punya air. Maka saya usulkan kepada pemerintah, selain membangun waduk baru, waduk lama juga dipelihara. Sehingga bisa digunakan masyarakat di musim kemarau," kata Darori.

Selain itu, ia mengharapkan pemerintah juga memberikan perhatian kepada kebijakan subsidi usai masa panen bagi para petani dan jaminan atas kepastian harga hasil panen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Kemarau Panjang, Bulog Pastikan Tak akan Impor Beras

(Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Stok beras (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Direktur Pengadaan Perum Bulog, Bachtiar memastikan stok berasaman meski musim kemarau panjang tengah melanda. Oleh karena itu dia menegaskan Indonesia tidak pelru membuka keran impor beras.

"(Stok beras) Gak ada masalah lah. Pokoknya gak perlu kita impor ya. Beras gak ada masalah kita. Beras stok masih bagus masih 2.370.000 ton lebih," kata dia saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (2/9).

Lebih lanjut Bachtiar mengungkapkan di Indonesia meski sedang terjadi kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan, namun di beberapa daerah lainnya tidak terjadi hal tersebut. Sehingga daerah yang tidak meengalami kekeringan masih bisa panen dan membantu pasokan beras.

"Ada daerah yang kena kekeringan ada daerah yang masih hujan. Nah, jadi masalah stok berasini pengadaan sampai hari ini rata - rata masih 4000 ton. Terus operasi pasar cuma 3.000 ton gak nyampe. Artinya antara in sama out masih banyak in nya," ujarnya.

Oleh karena itu, dia menjelaskan langkah Bulog dalam mengantisipasi kekeringan dari segi pengadaan sudah tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. "Di warehouse - warehouse gudang kita semuanya stok tuh sudah teralokasi dan siap untuk menghadapi itu (kemarau panjang) semua," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya