Konsumsi Baja di Indonesia Kalah Dibanding Filipina dan Malaysia

Konsumsi baja di Indonesia cuma 52 kilogram (kg) per kapita.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Sep 2019, 16:21 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2019, 16:21 WIB
Ilustrasi Pembuatan Baja (iStockphoto)
Ilustrasi Pembuatan Baja (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Jokowi-JK memiliki fokus membangun infrastruktur di seluruh negeri. Namun ironisnya, gencarnya pembangunan tersebut rupanya tidak menjadi angin segar bagi industri baja Tanah Air.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan, konsumsi baja Tanah Air sangat rendah. Bahkan kalah dibanding negara tetangga yang sedang tidak menggenjot infrastruktur yaitu Filipina.

Berdasarkan data yang dia peroleh, menurutnya konsumsi baja di Indonesia cuma 52 kilogram (kg) per kapita. Jauh lebih rendah dari Filipina hingga Korea Selatan.

"Kita saja kalah sama Filipina, kalah sama Malaysia. Malaysia hampir 300 kg. Sama Singapura saja kalah, Singapura sudah 400an kg per org per tahun," kata dia dalam Seminar nasional bertajuk 'Mendorong Keterkaitan Antar Sektor Industri dan Antar Wilayah untuk Mendorong Pengembangan Otomotif, TPT dan Alas Kaki' di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Negara dengan konsumsi baja tertinggi saat ini dipegang oleh Korea Selatan, mencapai angka 1.100 kg per kapita.

Adapun rendahnya konsumsi baja di Indonesia ini, kata dia, merupakan salah satu indikasi adanya kekurang handalan proyek-proyek dalam negeri.

"Jadi konsumsi baja per kapita ini bisa kita artikan sebagai dua hal. Satu, industrinya belum terlalu hebat, (kedua) sama infrastrukturnya belum terlalu hebat. Kalau dua-duanya tinggi ini pasti tinggi (konsumsinya)," ungkapnya.

Secara nasional berdasarkan data yang dia paparkan, konsumsi baja pada 2018 adalah sebesar 15,1 juta ton. Sementara pada tahun 2024 konsumsi baja diperkirakan akan mengalami peningkatan lagi menjadi 21,4 juta ton.

Krakatau Steel menyebut yang bisa diproduksi oleh pihaknya sekitar 10 juta ton, sehingga masih ada ruang yang belum bisa dipenuhinya sebesar 11,4 juta ton.

"Jadi ada potensi, 2024 konsumsi baja itu bisa 21 juta ton. kalau Krakatau Steel 10 juta ton artinya masih ada room lagi yang besar," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lindungi Produk Lokal, Menperin Terapkan Bea Masuk Anti Dumping Baja China

Tahun Ini, Target Produksi Baja Nasional Mencapai 17 Juta Ton
Pekerja menyelesaikan konstruksi baja untuk bangunan bertingkat di Jakarta, Jumat (5/4). Kementerian Perindustrian menargetkan produksi baja nasional mencapai 17 juta ton pada 2019. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan terus melindungi produk baja dalam negeri dari banjir baja impor asal China. Sebab pasca-perang dagang datang, baja China mulai mencari pasar baru selain AS termasuk Indonesia.

"Tentunya kita mengenakan bea masuk anti dumping. China sendiri melakukan bea masuk terhadap produk stainless steel dari Indonesia. Sedang melakukan investigasi. Amerika sendiri mengenakan bea masuk," kata dia, ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, pada Rabu (5/6) malam. 

Sejauh ini pemerintah juga telah menjalankan kebijakan larangan dan pembatasan (lartas) produk impor. Hal ini diharapkan dapat membantu menekan impor baja.

"Tentu kita melakukan dalam tanda petik semacam lartas untuk kita kontrol lagi baja supaya tidak ada penyalahgunaan HS code. Dengan demikian kita juga jaga industri dalam negeri," ujar dia.

Sejauh ini pemerintah belum memberikan subsidi untuk industri baja dalam negeri. "Tidak ada (subsidi). Kalau itu mekanismenya anti dumping atau safe guard," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya