Pemantauan Lahan Pasca Tambang Bakal Gunakan Satelit

Kementerian ESDM menggandeng Lapan untuk memantau proses reklamasi pasca pertambangan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Sep 2019, 20:15 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2019, 20:15 WIB
Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P
Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) untuk memantau proses reklamasi pasca tambangan.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan, pihaknya akan menggunakan data satelit untuk memantau reklamasi‎ pasca tambang secara akurat.

"Reklamasi remote pengawasan reklamasi berdasarakan data satelit bekerjasama dengan Lapan," kata Bambang, di Bandung, Jumat (13/9/2019).

Menurut Bambang, selama ini pihaknya telah memantau proses reklamasi pasca tambang dengan memanfaatkan teknologi digital memalui aplikasi Googlemaps. Namun, data yang didatap kurang akurat.

"Kadang saya cek karena nggak punya alat saya cek pakai Googlemaps meski nggak update. Tapi itu bisa saya lihat itu baru Google yang gratis‎," tuturnya.

Bambang yakin, dengan menggunakan pemantauan data satelit Lapan, pemantauan pelaksanaan reklamasi pasca tambang akan lebih akurat. Sehingga pelaksanaan tanggung jawab perusahaan bisa dilakukan dengan baik.

"Apalagi kerjasam dengan Lapan, kalau rekalamasi yang muter muter ini sudah jalan atau belum kelihatan," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kendaraan Tambang Diminta Gunakan B20

Tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P
Tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong kendaraan operasional tambang menggunakan solar campuran biodiesl 20 persen (B20). Hal ini untuk mengurangi impor BBM.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan, saat ini kendaraan umum sudah menggunakan B20 dan akan meningkat B30 pada tahun depan.

"Produk penggunaan BBN (Bahan Bakar Nabati) sekarang pakai B20 saya tidak tau apakah (kendaraan tambang) sudah pakai belum, sekarang akan meningkat B30," kata Bambang, di Bandung, Jumat (13/9/2019).

Bambang pun mendorong kendaraan operasional tambang menyerap B20 demi mengurangi impor ‎BBM. Sebab dapat mengurangi konsumsi 20 persen solar.

"Ini bantu pemerintah dalam rangka mengurangi impor BBM. Penggunaan kita 1,5 juta barel per hari kita produksi 700-800 barel per hari, kita itu sudah jadi importir," tuturnya.


Infrastruktur Memadahi

Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar B30
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut Bambang, infrastruktur untuk penyaluran B20 sudah memadai. Jika kendaraan tambang membutuhkan tambahan infrastruktur penunjang, dia meminta untuk dilaporkan. Dia mengakui, penerapan B20 membuat perawatan kendaraan lebih besar.

‎"Pertama infrastruktur sudah ada, suply sudah ada kalau masalah kinerja, saya tau sejak B20 sedikit naik biaya perawatanya," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya