Cerita Jokowi, Jalan Tol Indonesia Tertinggal Jauh dari China

Presiden Jokowi tetap membangun infrastruktur dalam periode ke dua masa kepemimpinannya

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Nov 2019, 12:57 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2019, 12:57 WIB
Jokowi Buka Indonesia Banking Expo 2019
Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat menghadiri Indonesia Banking Expo (IBEX) 2019 di Jakarta, Rabu (26/11/2019). IBEX 2019 untuk memberi rekomendasi terkait konsolidasi keuangan dan bisnis fintech guna menciptakan ekosistem keuangan yang kuat, efektif dan efisien. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan Indonesia sangat tertinggal jauh dalam hal pembangunan infrastruktur jalan tol dibandingkan Tiongkok.

Karenanya, infrastruktur masih akan terus menjadi konsen Pemerintah pada saat ini. Jokowi terus mengingatkan agar Kementerian PUPR dan BUMN getol dalam pembangunan jalan tol.

"Saya beri contoh jalan tol, sejak tol Jagorawi dibangun tahun 1978, artinya sudah 40 tahun lalu. Sejak Tol Jagorawi dibangun sampai 2014 kemarin, kita baru bangun 780 km. Tiongkok, dalam waktu yang sama sudah bangun 280.000 km," tuturnya di Jakarta, Senin (6/11/2019).

Dia bilang, Pemerintah akan semakin gencar mambangun jalan tol agar memudahkan dan mempercepat ongkos logistik di negara kepulauan seperti Indonesia.

"Kenapa saya perintahkan Menteri BUMN, PUPR, investasi, karena kita ketinggalan jauh sekali. 280.000 km dibandingkan 780km, nggak pakai ribu itu jauh sekali. Belum urusan yang lain-lain," ujar Jokowi.

Sebab itu, pembangunan menurutnya jangan hanya fokus pada di daerah sentral seperti Jakarta. Namun ikut mempertimbangkan daerah-daerah lain seperti halnya Papua.

"Sebab itu kalau kita konsen ke pembangunan jalan tol, pembangunan airport, pembangunan pelabuhan, powerplant, yang nantinya kita harapkan dapat memberikan kecepatan logistik barang dan jasa ke seluruh penjuru negeri," paparnya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi: Kita Harus Hati-Hati dengan Perlambatan Ekonomi Global

Jokowi Pimpin Rapat Terbatas
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Ratas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu membahas Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku tengah mewaspadai dampak dari pelemahan ekonomi dunia. Bahkan dirinya diingatkan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF, Kristalina untuk berhati-hati terhadap ancaman kondisi tersebut.

"Saya kemarin bertemu dengan Managing Direktur IMF yang baru, Kristalina, dia berikan sebuah warning, Jokowi hati-hati dalam kelola baik moneter atau fiskal," kata Jokowi di acara Indonesia Banking Expo 2019, di Jakarta, Rabu (6/11).

Mantan Gubernur DKI Jakarta, itu memahami kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, adanya brexit, serta resesi yang terjadi pada negara-negara emarging market sangat berdampak pada ekonomi Indonesia.

"Intinya kita harus hati-hati dengan kondisi yang sekarang ada," tandas dia.

Fokus Pemerintah

Seminar Reformasi Pajak
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Suahasil Nazara saat Seminar Reformasi Pajak di Jakarta, Senin (30/10). Seminar ini mengupas isu-isu yang mewarnai kelanjutan proses reformasi di bidang perpajakan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, menyebut terdapat tiga hal yang kini menjadi fokus perhatian pemerintah untuk menangkal dampak dari resesi perekonomian global. Salah satunya yakni menjaga aliran modal asing tetap masuk.

"Pertama tentu lewat aliran modal masuk. Aliran modal masuk sangat penting kalau terjadi gerakan cepat pasti akan pengaruh," kata dia.

Kedua yakni investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Menurutnya, ini penting diperhatikan agar bagaimana investasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dari suatu negara untuk menanamkan modalnya dengan jangka waktu panjang tetap masuk di Tanah Air.

"Pekerjaan rumah kita adalah bagaimana sudah masuk, dia nyaman di Indonesia. Kita bicara iklim investasinya, sedianya infrastruktur, adanya regulasi yang baik, dan mendukung iklim investasi itu sendiri," kata dia.

Terakhir adalah jalur perdagangan. Di tengah kondisi ketegangan antara Amerika Serikat dan China jalur perdagangan Indonesia menjadi terdampak. Salah satunya ditandai oleh angka ekspor Indonesia yang terus melemah.

"Kalau pertumbuhan negara maju menurun pasti permintaan akan ekspor dari Indonesia menurun. Ini yang kami lihat di beberapa triwulan terakhir. Ekspor kita flat," ujarnya

"Tiga jalur ini kita perhatian dengan serius karena dampaknya kepada perekonomian domestik," sambungnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya