Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi angka suara terkait pecah kongsi antara Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia. Dia meminta agar Sriwijaya mempersiapkan dengan baik terkait keselamatan jika benar-benar ingin terbang tanpa kerja sama dengan Garuda Indonesia.
"Ya kan Sriwijaya mengakhiri kerja sama dengan Garuda tapi dia sendiri punya hak untuk mengelola. Kita hargai sebagai korporasi untuk mengelola. Tapi kita juga harus meminta mereka mempersiapkan dengan baik karena kalau penerbangan berkaitan dengan safety," ujarnya di Kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Senin (11/11).
Â
Advertisement
Baca Juga
Menhub Budi melanjutkan, pihaknya sudah menggelar rapat khusus dengan pihak Sriwijaya Air untuk mendengar rencana yang telah disusun. Kementerian Perhubungan juga sudah meminta maskapai itu untuk melengkapi berbagai syarat agar bisa terbang sebagai suatu korporasi.
"Kami sudah merapat dengan mereka, khususnya Dirjen Udara dan syarat-syarat yang dibutuhkan, sudah ada, jadi untuk operasional mereka bisa dilakukan," jelasnya.
Mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II tersebut menambahkan, pemerintah akan terus mengawasi pelayanan Sriwijaya Air ke depan. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu pelayanan terhadap penumpang.
"Kami akan mengawasi di setiap bandara-bandara yang di mana mereka terbang," tandasnya.
Reporter:Â Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sriwijaya Air Makin Rugi Pasca Diambil Garuda? Ini Faktanya
Kinerja maskapai penerbangan Sriwijaya Air diklaim memburuk sejak dikelola oleh Garuda Indonesia.
Hal tersebut dinyatakan oleh kuasa hukum Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra dalam keterangan persnya.
"Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh GA Grup melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," tulis Yusril dalam keterangannya.
Namun, apakah klaim tersebut benar? Berdasarkan data yang dihimpun Liputan6.com dari Garuda Indonesia, ternyata performa Sriwijaya justru membaik setelah bekerjasama dengan Garuda.Â
Pendapatan perusahaan menujukkan pertumbuhan positif dari Rp 6,8 triliun pada 2018 menjadi Rp 7,5 triliun pada 2019, atau meningkat 10,9 persen.
Ebitda perusahaan yang pada 2018 Rp -557 miliar (bener ora nulise) tumbuh menjadi Rp 295 miliar di tahun 2019.
Utang perusahaan juga turun sekitar 13,4 persen dari Rp 2,3 triliun pada 2018 menjadi Rp 2 trilun pada 2019. Sementara, OTP naik dari 52,4 persen pada 2018 menjadi 72,8 persen pada 2019.
Hingga saat ini, hubungan Sriwijaya Air dengan Garuda Indonesia masih memanas. Pihak Sriwijaya Air memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan maskapai pelat merah tersebut karena merasa sistem kerjasama tidak fair dan justru berpotensi melumpuhkan perusahaan.Â
Advertisement
Sriwijaya Air: Selama Diambil Alih Garuda, Kinerja Perusahaan Memburuk
Pihak Sriwijaya Air akhirnya angkat bicara terkait perseteruannya dengan Garuda Indonesia. Selama ini kedua perusahaan itu bersinergi untuk memperbaiki kinerja Sriwijaya Air yang kini masih memiliki banyak tunggakan utang.
Melalui kuasa hukumnya yaitu Yusril Ihza Mahendra, manajemen Sriwijaya Air justru mengatakan selama diambil alih Garuda Indonesia, kinerja perusahaan malah semakin memburuk.
"Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh GA Grup melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," tulis Yusril dalam keterangannya, Jumat (8/10/2019).
Tadi malam di kantor Garuda, Yusril mengatakan, pihaknya semula mau menyelesaikan draf perpanjangan perjanjian kerjasama dengan GA Grup. Namun karena deadlock dalam menyusun Board of Directors, maka dalam rapat Jum’at pagi ini, para pemegang saham memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan kerjasama manajemen dengan Garuda Grup.
Nota pemberitahuan pengakhiran kerjasama itu dikirimkan ke Garuda, Citilink dan GMF hari ini.
"Sriwijaya Air juga memberitahukan secara resmi Menteri Perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya," tegas Yusril.Â