Liputan6.com, Busan - Presiden Joko Widodo atau Jokowi berbicara soal resesi ekonomi dan tantangan global ke depan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Indonesia-Korea Selatan di Busan, Senin (25/11/2019). Menurut dia, ASEAN dan Korea Selatan harus merebut peluang dengan melakukan terobosan-terobosan agar ekonomi kawasan tak tergerus.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menekankan bahwa ada tiga hal besar yang perlu dilakukan ASEAN dan Korea Selatan salah satunya yaitu, pembangunan infrastruktur yang berkualitas. Dengan begitu, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Infrastruktur harus dibangun secara maksimal, pembangunan infrastruktur akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui terciptanya pusat-pusat ekonomi baru termasuk di daerah-daerah terpencil," kata Jokowi.
Advertisement
Baca Juga
Dalam forum itu, dia menyampaikan bahwa bagi Indonesia, infrastruktur adalah pemersatu bangsa. Di periode kedua kepemimpinannya, Jokowi menyatakan akan meningkatkan perekonomian melalui kerja sama infrastruktur dan konektivitas.
"Tahun depan Indonesia akan menggelar forum infrastruktur dan konektivitas di kawasan Indo Pasifik. Saya undang semua pelaku usaha untuk merebut infrastruktur dan konektivitas di Indonesia," jelas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Revisi 74 Undang-undang
Jokowi juga menegaskan bahwa Indonesia akan merevisi 74 Undang-undang yang dinilai menghambat investasi. Dia ingin akses investasi ke Indonesia dimudahkan.
Mantan Walikota Solo itu menuturkan pentingnya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi perekonomian sebuah negara. Jokowi meyakini bahwa industri kreatif dan digital ASEAN dan Korea Selatan akan berpotensi besar dalam industri kreatif global.
Sementara itu, hal ketiga yang ditekankan Jokowi yaitu pengembangan energi baru terbarukan yang harus dikembangkan. Dia berharap ASEAN dan Korea Selatan bisa mengembangkan hal itu di kawasan.
"Tahun depan kami akan mewajibkan peningkatan biodisel tersebut naik menjadi 30 persen atau B30," tutur dia.
Â
Advertisement
Pembangkit Listrik
Indonesia, lanjut Jokowi, akan memanfaatkan sumber daya air untuk pembangkit listrik dengan jumlah signifikan. Setidaknya, ada dua lokasi yaitu di Kalimantan Utara dan Papua.
"Pengembangan energi terbarukan ini akan memiliki emisi yang rendah. Ini sudah menjadi komitmen kami terhadap Perjanjian Paris," ucap Jokowi.