Harga Emas Bakal Tembus USD 1.500 per Ounce di 2020

Gejolak ekonomi dunia masih menjadi sentimen utama dalam mempengaruhi pergerakan harga emas

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Des 2019, 07:31 WIB
Diterbitkan 02 Des 2019, 07:31 WIB
Menabung
Emas sebagai simpanan meningkat, sekali pun harga mengalami kenaikan dari waktu ke waktu.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas akan tetap didukung sepanjang tahun depan karena ketidakpastian perdagangan dan pertumbuhan global, kata ING dalam Outlook Komoditas 2020-nya.

Dikutip dari Kitcho, The Dutch bank’s memperkirakan perdagangan emas jauh di atas lantai baru USD 1.450 per ons sepanjang tahun 2020 tetapi tidak melihatnya naik jauh di atas USD 1.500 per ons.

"Di 2020, ketidakpastian seputar pembicaraan perdagangan dan pertumbuhan global kemungkinan akan tetap menjadi pendorong utama,” kata kepala strategi komoditas ING Warren Patterson dan ahli strategi komoditas senior Wenyu Yao dalam laporannya.

Di Q1, bank memiliki perkiraan rata-rata emas di USD 1.500 per ons, kemudian turun menjadi USD 1.470 di Q2 dan Q3, dan akhirnya naik ke USD 1.480 di Q4.

"Kami saat ini memperkirakan bahwa harga emas akan rata-rata sekitar USD 1.475 / ons selama tahun 2020," kata laporan ING.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

The Fed

Temuan emas (1)
Ilustrasi emas batangan. (Sumber Twitter/@allthingsbus)

Potensi kenaikan emas lebih lanjut akan tergantung pada seberapa sentimen Federal Reserve tentang langkahnya tahun depan.

“Sebagai hasil dari ketidakpastian perdagangan dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan global, kami melihat kenaikan harga emas dari level saat ini. Sementara jika Fed AS berubah semakin dovish, ini hanya memberikan kenaikan lebih lanjut,” tulis laporan itu.

Prospek 2020 didasarkan pada kinerja solid logam kuning tahun ini, yang melihat harga naik 21 persen.

“Kekuatan ini seharusnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat ketidakpastian yang tumbuh di ekonomi global, dengan pertumbuhan yang melambat dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Faktor-faktor ini telah meningkatkan daya tarik untuk aset safe haven seperti emas. Selain itu, kebijakan yang lebih dovish dari bank sentral juga telah memberikan dukungan kepada emas,” kata ahli strategi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya