Liputan6.com, Jakarta - Nama Benny Tjokrosaputra mendadak ramai diperbincangkan usai dirinya ditetapkan sebagai salah satu tersangka kasus Jiwasraya oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Kasus ini mencuat usai terungkapnya gagal bayar klaim Jiwasraya dengan nilai yang fantastis yaitu mencapai Rp 13,7 triliun.
Benny Tjokrosaputra rupanya juga bukan nama baru di dunia bisnis Indonesia. Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 15 Mei 1969 ini merupakan Direktur Utama PT Hanson International.
Advertisement
Baca Juga
Benny bahkan tercatat masuk dalam 50 besar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes pada 2018. Benny berada diurutan ke-43 dengan jumlah kekayaan mencapai USD 670 juta atau sekitar Rp 9,7 triliun.
Dikutip dari laman Bloomberg, cucu dari pendiri grup usaha Batik Keris, Kasom Tjokrosaputro ini juga memiliki jabatan di sejumlah perusahaan seperti Direktur Utama PT Sinergi Megah Internusa dan Direktur Utama PT Suba Indah.
Sedangkan PT Hanson International Tbk sendiri memiliki beberapa anak usaha PT Binadaya Wiramaju yang bergerak di sektor pertambangan, PT De Petroleum International yang bergerak di sektor pengolahan limbah dan PT Mandiri Mega Jaya yang bergerak di sektor properti.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Erick Thohir: Penahanan Benny Tjokro Kembalikan Kepercayaan Publik
Menteri BUMN Erick Thohir menanggapi penahanan yang dilakukan Kejaksaan Agung (Kejagung) kepada pihak pihak yang terkait kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Salah satunya adalah Direktur Utama PT Hanson Internasional Benny Tjokrosaputro.
Menurutnya, penahanan ini merupakan tindakan tegas dan tak pandang bulu.
"Tindakan tegas dan tak pandang bulu pada kasus Jiwasraya sangat penting dalam mencapai keadilan sekaligus mengembalikan kepercayaan publik pada korporasi," ujar Erick, mengutip keterangan resmi, Rabu (15/1/2020).
Sebelumnya, Erick juga mengapresiasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan kejaksaan yang sudah cepat dan responsif menangani kasus Jiwasraya.
Seperti yang diketahui, Jiwasraya terlibat skandal penanaman modal di saham "gorengan" yang dilakukan oleh pihak tertentu demi meraup keuntungan.
Investasi asal-asalan itu membuat Jiwasraya gagal membayar klaim nasabah sebesar Rp 13,7 triliun hingga September 2019.
Erick berharap, pengusutan ini akan membantu penataan korporasi agar semakin baik.
"Pengusutan kasus di masa lalu itu sekaligus penataan korporasi untuk hari ini dan masa depan yang semakin baik," ujar Erick.Â
Advertisement
Benny Tjokro, Heru Hidayat, Harry Prasetyo Jadi Tersangka Kasus Jiwasraya
Sebelumnya, Kejaksaan Agung akhirnya menetapkan tersangka untuk kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Mereka adalah Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) Heru Hidayat, Komisaris PT Hanson International Benny Tjokrosaputro dan mantan Direktur Keuangan Jiwasraya Harry Prasetyo.
Keduanya secara berturut-turut keluar dari Kantor Jampidsus Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa, dengan menggunakan baju tahanan berwarna pink.
Sebelumnya, Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin telah mengeluarkan surat perintah penyidikan kasus Jiwasraya dengan Nomor: PRINT - 33/F.2/Fd.2/12/ 2019 tertanggal 17 Desember 2019.
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah banyak melakukan investasi pada aset-aset dengan risiko tinggi untuk mengejar keuntungan tinggi, di antaranya penempatan saham sebanyak 22,4 persen senilai Rp5,7 triliun dari aset finansial.
Dari jumlah tersebut, 5 persen dana ditempatkan pada saham perusahaan dengan kinerja baik, sisanya 95 persen dana ditempatkan di saham yang berkinerja buruk.
Selain itu, penempatan reksa dana sebanyak 59,1 persen senilai Rp14,9 triliun dari aset finansial. Dari jumlah tersebut, 2 persennya dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja baik. Sementara 98 persen dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja buruk.
Akibatnya, PT Asuransi Jiwasraya hingga Agustus 2019 menanggung potensi kerugian negara sebesar Rp13,7 triliun.Â