Liputan6.com, Jakarta - Sejak diberhentikannya perjalanan dari dan menuju China akibat virus Corona, sektor pariwisata dalam negeri turut mengalami dampaknya.
Ketua Bali Hotel Association (BHI), I Made Ricky Darmika Putra menerangkan kontribusi Warga Negara China yang Berwisata ke Indonesia khususnya Bali mencapai 28 persen hingga 30 persen per tahun. Setidaknya, dalam sehari ada 5 ribu hingga 6 ribu pengunjung yang berdatangan.
Ricky Darmika Putra, menyebut daerah yang paling terkena dampak adalah Kuta, Seminyak, dan Nusa Dua area. Sedangkan untuk daerah lain seperti Sanur tidak mengalami dampak secara signifikan.
Advertisement
"Kalau Sanur memang pasarnya berbeda. Sanur itu kebanyakan tamu Eropa dan Australia. Dan mudah-mudahan tidak terdampak banyak," terangnya kepada Liputan6.com, Minggu (9/2/2020).
Baca Juga
Ricky mengaku sedang menghitung jumlah kerugian yang harus ditanggung akibat menurunnya wisatawan asal China.
"Kami belum tahu jumlah persisnya karena masih dalm tahap pengumpulan data," ujarnya.
Saat ini, pihaknya juga terus menguatkan potensi pariwisata indonesia yang sudah ada sambil menunggu perkembangan dari virus corona.
Untuk informasi, sejumlah turis China memilih memperpanjang izin tinggal mereka di Bali untuk alasan keamanan. Pihak imigrasi setempat juga turut membantu proses perpanjangan tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Imbas Virus Corona, Sektor Pariwisata Terancam Rugi Rp 38,2 Triliun
Wabah virus corona di China membuat industri pariwisata Indonesia lesu. Sektor pariwisata kehilangan potensi pendapatan hingga USD 2,8 miliar atau setara Rp 38,2 triliun.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Whisnutama mengatakan jumlah tersebut berasal dari 2 juta turis China yang datang ke Indonesia. Rata-rata mereka membelanjakan uangnya di Indonesia hingga USD 1.400 atau Rp 19 juta.
"Hitungannya 2 juta wisatawan per visit mereka spen USD 1.400," kata Whisnutama di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Jumat (7/2).
Selain kehilangan potensi pendapatan, sektor pariwisata Indonesia berpotensi mengalami penurunan turis dari negara lainnya. Whisnutama memperkirakan akan terjadi penurunan kunjungan tahun ini karena calon wisatawan khawatir untuk bepergian.
Ini bisa terlihat dari masa reservasi (booking period). Biasanya turis asing memesan tiket dan akomodasi lainnya di bulan Februari, Maret dan April. Namun memasuki bulan Februari, belum juga ditemukan obat untuk virus corona.
Hal ini bisa jadi pemicu orang enggan melakukan pemesanan liburan ke Indonesia.
"Pada saat booking periode ini terjadi virus corona kan jadi agak ragu orang, jadi takut," kata Whisnutama.
Booking period di bulan Februari, Maret dan April biasanya digunakan untuk berlibur di musim panas, sekitar bulan Juni, Juli dan Agustus. Sehingga meski virus teratasi dalam 3 bulan, dampaknya akan terasa hingga pertengahan tahun.
"Walaupun virus corona cuma selesai di tiga bulan ini, dampaknya di Juni-Juli-Agustus," kata Whisnutama.
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com Â
Advertisement