Jurus Pemerintah Jaga Kinerja Ekspor Impor di Tengah Virus Corona

Pemerintah masih melakukan inventarisasi untuk menyasar pasar-pasar ke negara selain China untuk produk ekspor utama Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2020, 10:30 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menjaga kinerja ekspor dan impor nasional di tengah penyebaran Virus Corona.

"Ekspor kita ke China share-nya 16,8 persen, dari sisi nilai USD 28 miliar, utamanya produk tambang dan CPO, itu bisa berdampak pada neraca dagang kita," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso seperti mengutip Antara di Jakarta, Rabu (13/2/2020).

Saat ini, lanjut dia, pemerintah masih melakukan inventarisasi untuk menyasar pasar-pasar ke negara selain China untuk produk ekspor utama Indonesia.

Ia menambahkan salah satu yang menjadi perhatian pemerintah adalah bisa memanfaatkan pasar ekspor China ke sejumlah negara.

"Misalkan China menghentikan ekspornya ke negara lain, bisa tidak itu digantikan oleh kita. Selama ini, ekspor terbesarnya adalah barang-barang elektronik, mungkin industri kita belum bisa menggantikannya. Tetapi ada potensi lain yang bisa kita ambil seperti fesyen," kata Susiwijono.

Sementara sisi impor dari China, lanjut dia, mayoritasnya merupakan barang modal dan bahan baku untuk industri manufaktur nasional.

Meski belum terdampak, pemerintah juga sedang menyiapkan sejumlah langkah antisipasi agar aktivitas industri manufaktur di dalam negeri tetap berjalan.

"Sementara ini masih jalan impor dari China belum ada kendala tetapi kita antisipasi bila ada perubahan. Bagaimana pemerintah menjaga pasokan dari China yang jumlahnya cukup besar. Misalnya dari negara lain atau mengoptimalkan dari dalam negeri," jelas dia.

Terkait sektor pariwisata yang diperkirakan juga terdampak Virus Corona, Susiwijono mengatakan pemerintah sedang menyiapkan strategi untuk mendorong wisatawan domestik melalui pemberian insentif harga tiket pesawat.

"Pemerintah akan mendorong konferensi-konferensi dan MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) di sejumlah destinasi wisata. Kontribusi wisatawan MICE lebih besar dibandingkan wisatawan liburan," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video di bawah ini:


Virus Corona Berpotensi Gerus Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 0,3 Persen

Kinerja Kerja Ekspor dan Impor Menurun
Suasana bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah Indonesia mulai memikirkan lebih serius soal dampak virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian (Sesmenko) Susiwidjono menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia punya potensi tergerus antara 0,11 persen hingga 0,30 persen.

Hal tersebut didasarkan perhitungan pekan lalu, sehingga nanti besarannya bisa berubah sewaktu-waktu.

"Ke kita bisa kena dampaknya 0,11 persen hingga 0,30 persen. China sendiri bisa turun mungkin 1 persen hingga 2 persen," tutur Susiwidjono di Jakarta Pusat, Rabu (12/02/2020).

Namun, Susiwidjono tetap yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai target 5,3 persen tahun ini. Alasannya, meskipun beberapa sektor terpukul cukup hebat, Indonesia masih bisa bertahan dengan memiliki langkah alternatif.

Misalnya saja dalam sektor pariwisata, Indonesia akan memaksimalkan potensi wisatawan domestik (wisdos). Meskipun demikian, tentu ada banyak tantangan, mengingat jumlah pergerakan wisdos tidak akan menutupi potensi kehilangan dari turis China.

Apalagi, turis China dikenal paling royal dalam membelanjakan uang mereka saat berlibur.

"Wisatawan China itu rata-rata spending USD 1.385, lebih besar dari wisatawan lainnya yang kira-kira USD 1.200," ujar Susi.

Dan karena pergerakan manusia dari China lumpuh, sektor penerbangan juga ikut merasakan pahitnya. Tercatat sebanyak reservasi 2,1 juta kursi pesawat dibatalkan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya