Bogor Ekspor 7 Ton Larva Kering ke Inggris, Mentan: Ini Sesuatu yang Tak Dimiliki Negara Lain

Larva kering yang diekspor dimanfaatkan industri pakan ternak sebagai sumber protein campuran bahan pembuatan pakan ternak, seperti pakan unggas dan ikan.

oleh stella maris pada 04 Mar 2020, 10:22 WIB
Diperbarui 04 Mar 2020, 10:31 WIB
Kementan
Mentan Syahrul hadir di acara pelepasan ekspor di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Bubulak, Kota Bogor Barat, Selasa (3/3).

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka menggenjot produk domestik bruto (PBD) Indonesia, Kementerian Pertanian meningkatkan ekspor di berbagai komoditas pertanian. Salah satunya ekspor perdana komoditas larva kering jenis Black Soldier Flies (BSF) ke Inggris sebanyak tujuh ton. 

"Ini luar biasa, menembus Inggris itu adalah pride sebuah negara dan tidak gampang menembus Inggris. Bogor hari ini mencetak sebuah arah seperti itu. Biasanya kami bisa tembus Inggris setelah melalui Italia atau Jerman, Roma, kalian sudah tembus langsung berarti itu pintu yang bagus untuk pintu pertanian Indonesia ke depan," kata Menteri Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya di lokasi pelepasan ekspor di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Bubulak, Kota Bogor Barat, Selasa (3/3).

Mentan Syahrul mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pelaku usaha yang terus berinovasi untuk menumbuhkan produk ekspor baru atau emerging seperti larva kering. Tidak hanya itu, negara tujuan baru pun perlu terus diperluas.

Menurutnya, berkoordinasi dan bersinergi memperkuat jejaring antara pemerintah pusat, daerah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong potensi ekspor pertanian dalam memasuki pasar global.

"Hari ini Bogor membuktikan ada komoditas yang bisa diekspor dan itu tidak ada di negara lain. Larva kering ini menjadi contoh bahwa sebenarnya kemampuan produk negeri ini menembus kebutuhan dunia sangat terbuka luas,"ucapnya.

Selain itu, produk pertanian yang di ekspor sedapat mungkin sudah dalam bentuk olahan, agar dapat memberikan nilai tambah. Manfaatkan fasilitasi KUR yang tersedia, selain untuk meningkatkan pengolahan sehingga dapat diekspor dalam bentuk jadi, atau minimal setengah jadi.

"Kalau begitu mari kita rencanakan supaya pengembangannya lebih cepat," ucapnya.

 

 


Bangkitkan Minat Generasi Muda

Lebih lanjut Mentan Syahrul menegaskan ekspor larva ini menjadi bukti nyata untuk membangkitkan minat generasi muda terjun ke sektor pertanian. Ia menilai, ekspor ini mampu menghadirkan kemampuan-kemampuan anak bangsa guna mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

"Mengapa demikian? Karena ekspor larva kering ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki negara lain. Oleh karena itu, pasti Bogor akan makin memiliki kemampuan untuk menghadirkan masyarakat yang makin baik," terangnya.

"Selain itu, produk pertanian memiliki potensi ekspor. Oleh karena itu ini menjadi peluang bagi pemuda kita. Pokoknya pertanian itu adalah sesuatu yang pasti, pertanian menjadikan sesuatu agar mereka bisa hidup lebih baik bahkan pertanian adalah solusi dari lapangan kerja yang tersedia di setiap momentum," pintanya.

Mentan Syahrul mencontohkan bungkil sawit dapat dijadikan pakan ternak, kemudian larvanya menjadi makanan yang nilainya sangat mahal di luar negeri. Di sisi lain komoditas larva sangat dibutuhkan oleh seluruh dunia.

"Kalau begitu tinggal anak-anak mau berada dalam posisi apa, mau dia menjadi off taker dari pembeli saja atau mau dia menjadi pembudidaya. Kemudian bisa juga menjadi trading. Tinggal mereka memilih konsep-konsep yang sudah tersedia," tuturnya.

Pada pelepasan ekspor ini hadir Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengatakan saat ini generasi muda saat dapat mencontoh apa yang sudah dilakukan PT Bio Cycle Indo.

"Mudah-mudahan apa yang sudah dicontohkan oleh teman-teman Biocycle bisa menginspirasi kita semua bahwa ada sesuatu yang positif dari kreatifitas anak muda," kata Dedie.

Dedie juga mengatakan jika kebanyakan pendapatan Bogor ada dari sektor jasa didalamnya restoran, hotel, kuliner. Tetapi dengan tambahan adanya satu kreatifitas tentunya akan memberikan harapan Kota Bogor mendapatkan PAD yang lain yang lebih termasuk juga penyerapan tenaga kerja untuk masyarakat.

"Tentunya akan memberikan harapan kota Bogor mendapatkan PAD yang lain yang lebih termasuk juga penyerapan tenaga kerja untuk masyarakat kota Bogor.

 


Industri yang Menjanjikan

Dikesempatan yang sama Budi Tanaka, Owner PT Bio Cycle Indo selaku eksportir mengatakan larva kering BSF ini diekspor ke negara industri pakan ternak sebagai sumber protein campuran bahan pembuatan pakan ternak antara lain seperti pakan unggas dan ikan.

Menurutnya industri ini sangat menjanjikan dan prospektif serta menjadi peluang bagi perusahaan pakan ternak Indonesia lainnya untuk mengembangkan di pasar lokal maupun menembus pasar dunia.

Hal itu mengingat terjaminnya ketersediaannya setiap saat dengan harga realtif lebih murah, dibanding sumber protein lainnya. Dengan demikian dapat menekan biaya pakan dalam industri peternakan, yang berkontribusi sekitar 70-75 psersen dari total biaya produksi.

"Untuk memenuhi target ekspor dalam tiga tahun ke depan sebesar 24 ribu ton/tahun dengan total nilai penjualan Rp1,3 triliun, perusahaan ini mengembangkan produksinya di Pekanbaru," kata Budi.

Budi mengatakan bahwa PT Bio Cycle Indo sedang melakukan pengurangan izin untuk negara Amerika yakni FBA dan Kanada CFIA. Budi berharap semua regulasi segera lengkap dan Indonesia bisa menjadi raja daripada magot.

"Sampai tahun ini kami mempunyai pengiriman yang cukup bagus, permintaan yang luar biasa karena kami punya belatung atau magot kelas dunia yang tidak bisa negara lain kalahkan," jelasnya.

Perlu diketahui, sebelumnya larva yang merupakan komoditas pertanian ini juga berhasil diekspor ke negara tujuan Jepang maupun Uni Eropa (Belanda) oleh perusahaan yang sama dengan jumlah 59,113 ton dan total nilai penjualan Rp3,31 miliar dalam kurun waktu tahun 2018-2019.

Pengiriman ekspor dilaksanakan melalui pelabuhan Tanjung Priok dan disertai penjaminan kesehatan dan keamanannya dengan Sertifikat Kesehatan oleh Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, dimana sebelumnya tempat produksi telah ditetapkan sebagai Tempat Tindakan Karantina oleh Menteri Pertanian serta disertifikasi dengan Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya