Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak AS melonjak lebih dari 23 persen pada perdagangan Kamis (19/3). Ini menjadi kinerja terbaik dalam satu hari sepanjang sejarah.
Dikutip dari laman CNBC, Jumat (20/3/2020), harag minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 23,8 persen atau USD 4,85 menjadi USD 25,22 per barel. Benchmark internasional, minyak mentah Brent naik 14,4 persen, atau USD 3,59 menjadi USD 28,47 per barel.
Baca Juga
Kenaikan ini sekaligus menahan penurunan yang terjadi sebelumnya yang mencapai 24,4 persen hingga menyentuh level USD 20,37. Saat itu, menjadi hari terburuk ketiga WTI sepanjang sejarah.
Advertisement
Harga minyak sebelumnya terjun bebas dikarenakan kekhawatiran perlambatan bisnis di dunia yang kemudian membebani permintaan. Ditambah AS dan Rusia besiap untuk meningkatkan produksi mereka.
Ditengah ketegangan Arab Saudi dan Rusia soal produksi minyak dunia, Presiden AS Donald Trump muncul dan mengatakan bahwa AS bisa melakukan intervensi akan hal ini. Hal ini jelas bakal berkontribusi pada kenaikan harga minyak selanjutnya.
"Kami memiliki banyak kekuasaan atas situasi ini dan kami berusaha menemukan semacam jalan tengah," kata Trump dalam konferensi pers Gedung Putih, Kamis.
"Mereka bertengkar soal harga minyak, mereka bertengkar tentang hasil, dan pada waktu yang tepat aku akan terlibat," tambah dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
China Mulai Membaik
Scott Nations, presiden dan kepala investasi di NationsShares, menegaskan, mengatakan sentimen yang terjadi mampu menaikkan harga minyak dunia.
"Minyak mentah sangat oversold, dengan Indeks Kekuatan Relatif yang berada di bawah 14, terendah yang pernah saya lihat untuk komoditas apa pun, dan kami sekarang telah memutuskan bahwa mungkin ekonomi global tidak akan berakhir," katanya kata.
Dia mencatat bahwa minyak naik lebih tinggi seiring dengan potensi pasar yang lebih luas. Salah satu pengaruhnya adalah China melaporkan tidak ada kasus virus corona baru dan bank sentral di seluruh dunia mengumumkan langkah-langkah stimulus yang bertujuan untuk menahan perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19.
Advertisement