Konsumsi Masyarakat Makin Anjlok Jika PSBB Diperluas

Pelemahan konsumsi terjadi karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk penanganan Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mei 2020, 15:45 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 15:45 WIB
Mulai Hari Ini, Pejalan Kaki Dilarang Lewati Bawah Skybridge Tanah Abang
Calon pembeli memilih pakaian yang dijual di jembatan penyeberangan multiguna (JPM) atau Skybridge Tanah Abang, Jakarta, Kamis (7/2). Pejalan kaki yang menuju dan dari Stasiun Tanah Abang harus mengakses skybridge. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan sejumlah prediksi kondisi ekonomi di kuartal-II 2020. Salah satunya adalah konsumsi masyarakat yang diprediksi bisa jatuh lebih dalam dibandingkan capaian kuartal-I 2020 yang hanya mencapai 2,97 persen.

"Kita bisa bayangkan kuartal II di mana April-Mei PSBB dilakukan meluas, maka konsumsi pasti alami drop jauh lebih besar," ujar Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja secara virtual bersama DPR, Jakarta, Rabu (6/5).

Pelemahan konsumsi terjadi karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk penanganan Covid-19. Pemberlakuan PSBB tersebut membuat masyarakat tak melakukan perjalanan sehingga sektor transportasi tidak bekerja sebagaimana sebelumnya.

"Yang kemarin itu masih di Jabodetabek atau Jakarta, itu saja sudah turun, konsumsi langsung 2,84 persen. Itu jauh di bawah yang kita perkirakan awal. Jadi kalau orang di rumah hanya makan saja, tidak keluar rumah, tidak keluar transportasi dan tidak membeli segala macam, ya akan begitu," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan, penurunan konsumsi nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebab, konsumsi masyarakat merupakan faktor penyusun terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"GDP indonesia 57 persen adalah konsumsi. Dan dari GDP Indonesia, kontribusi dari Jakarta dan Jawa itu lebih dari 50 persen. Hampir 55 persen. Artinya kalau Jakarta dan Jawa PSBB meluas, sudah pasti konsumsi tidak tumbuh, bahkan kontraksi," paparnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Jurus Pemerintah Dongkrak Konsumsi Masyarakat di Tengah Wabah Corona

Pemerintah Tetapkan Target KUR Rp 140 Triliun di 2019
Pedagang menunggu pembeli di Skybridge Tanah Abang, Jakarta, Jumat (4/1). Penyaluran KUR tersebut meningkat bila dibandingkan dengan penyaluran KUR pada 2018 sebesar Rp 123 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan angka konsumsi rumah tangga di kuartal IV tahun 2019 yang tumbuh hanya 4,97 persen, lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 5,08 persen.

Hal tersebut menunjukkan turunnya daya beli masyarakat yang justru harus terus digenjot karena konsumsi memberi kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Apalagi saat ini, penyebaran virus Corona dari China ditakutkan akan memukul sektor yang menghasilkan konsumsi besar-besaran.

Untuk itu, pemerintah melakukan segala cara agar daya beli masyarakat bisa meningkat lebih tinggi. Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menyatakan ada beberapa langkah yang sedang disusun.

Misalnya, penjualan merchandise karakter film lebih cepat dari tanggal seharusnya.

"Kami menawarkan, kami bertemu dengan pekerja seni, tolong dong mereka buat satu event. Contohnya satu moment, mereka akan rilis 1 film dengan karakter, nah merchandisenya dijual sekarang-sekarang bisa nggak, nggak perlu menunggu nanti saat mau rilis, itu kan memancing konsumsi," tutur Edi saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (13/02/2020).

Langkah yang lain misalnya mengadakan festival belanja, baik konvensional maupun online. Untuk online, nanti pemerintah akan bekerja sama dengan pihak e-commerce. Namun, barang-barang yang dijual di e-commerce juga harus dilihat asalnya.

"Kalau yang dijual belikan barang impor dari China, ya percuma juga, nggak ada barangnya. Makanya kita lihat bisa nggak dorong para pelaku usaha misalnya mendapatkan barang lain dari domestik," imbuh Edi.

Lebih lanjut, Edi bakal tetap mempertimbangkan festival belanja online ini karena diharapkan akan bisa mendorong konsumsi nanti, meskipun saat ini pihak e-commerce masih mengevaluasi program diskon 11.11 dan 12.12 yang kemarin mereka adakan.

"Mereka ingin lihat yang kemarin, 11.11 dan 12.12 seperti apa. Kalau sukses nanti dilihat yang dibelanjakan barang apa," kata Edi.     

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya