Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak berjangka jatuh pada perdagagan Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan sedang bekerja pada respon yang kuat terhadap undang-undang keamanan yang diusulkan China atas Hong Kong.
Selain itu harga minyak turun karena beberapa pedagang meragukan komitmen Rusia untuk pengurangan produksi yang signifikan.
Dikutip dari CNBC, Kamis (28/5/2020), harga minyak mentah Brent turun USD 1,43 atau 3,95 persen ke level USD 34,74 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate turun USD 1,54 atau 4,48 persen ke level USD 32,81 per barel.
Advertisement
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman setuju untuk membahas lebih lanjut tentang pembatasan produksi minyak.
Baca Juga
Namun, banyak yang merasa Rusia mengirimkan sinyal menjelang pertemuan dalam waktu kurang dari dua minggu antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+).
OPEC+ memangkas produksi minyak hampir 10 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni.
"Kedengarannya hebat di atas kertas, tetapi pasar menahan kegembiraan sampai kita mendapatkan beberapa rincian lebih lanjut tentang apakah akan ada pemotongan, berapa banyak barel akan dipotong, dan panjang pemotongan," kata Phil Flynn, analis senior di Kelompok Harga Berjangka.
Konflik AS-China
Sementara itu, ketegangan antara AS dan China terus meningkat setelah Cina mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong, yang memicu protes di jalan.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan dia telah menyatakan bahwa Hong Kong tidak lagi menjamin perlakuan khusus berdasarkan hukum AS seperti yang dilakukan ketika berada di bawah kekuasaan Inggris. Ini menjadi pukulan terhadap statusnya sebagai pusat keuangan utama.
Ramalan suram atas dampak ekonomi pandemi juga membebani minyak mentah. Ekonom memperkirakan 2 juta orang Amerika mengajukan aplikasi awal untuk asuransi pengangguran minggu lalu.
Â
Advertisement