Genjot Pasar Ekspor, UKM Kopi Bisa Kembali Jalan di Tengah Pandemi

Sektor pertanian dan perkebunan sudah bisa direlaksasi untuk diaktifkan kembali kegiatan usahanya di tengah pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2020, 10:15 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 10:15 WIB
Harga kopi arabika di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mulai membaik setelah sebelumnya sempat anjlok karena terdampak pandemi corona.
Harga kopi arabika di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mulai membaik setelah sebelumnya sempat anjlok karena terdampak pandemi corona. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM (MenKop UKM) Teten Masduki menegaskan, bahwa sektor pertanian dan perkebunan sudah bisa direlaksasi untuk diaktifkan kembali kegiatan usahanya di tengah pandemi Covid-19.

"Saya ingin melihat langsung dan memastikan reaktivasi kegiatan usaha KUKM bisa berjalan," ujar Teten dalam pernyataannya, Senin (22/6).

Terlebih lagi, lanjut Teten, produk kopi dari Klasik Beans merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Hal ini dibuktikan dengan sudah menembus pasar mancanegara.

"Saya meyakini, dengan tingkat konsumsi kopi dalam negeri yang terus meningkat, produk kopi nasional bisa diserap pasar dalam negeri," jelasnya.

Artinya, dengan pasar yang amat luas dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, pendapatan nasional dari produk kopi tidak perlu lagi bergantung pada ekspor. Namun, ekspor kopi tetap akan menjadi bagian penting, karena kopi akan terus menjadi komoditi unggulan Indonesia.

Untuk itu, Teten berharap protokol kesehatan tetap dijalankan dengan disiplin. Semisal, dunia usaha kembali dijalankan dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Hasil Panen

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki panen kopi. (Dok Kemenkop)
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki panen kopi. (Dok Kemenkop)

Ketua Koperasi Klasik Beans Deni Glen menjelaskan, koperasi yang berdiri pada 2011 sudah memiliki binaan sekitar 3000 petani kopi yang tergabung dalam Paguyuban Tani Sunda Hejo. Dimana, hasil panen kopi petani dibeli koperasi untuk diolah menjadi biji kopi mentah atau green beans.

"Sebelum pandemi Covid-19, kami memiliki kapasitas produksi sebanyak 5-8 ton green beans perbulan, khusus untuk pasar nasional. Untuk yang pasar ekspor, per musim kita menghasilkan 60 ton, dimana dalam setahun ada satu kali musim", ujar Glen.

Pasar Ekspor

Dengan brand produk Kopi Sunda Hejo, Klasik Beans mampu mengguyur pasar ekspor ke negara-negara seperti Prancis, Jepang, Australia, Swiss, dan sebagainya. "Produk kopi kita juga salah satu yang dibeli Starbucks," imbuh Glen.

Hanya saja, Glen mengakui bahwa selama pandemi Covid-19 berdampak besar pada usaha kopinya. "Banyak kedai kopi yang tutup, termasuk yang untuk pasar dunia. Penghasilan kita drop hingga 95%,"ungkap Glen.

Meski begitu, Klasik Beans tetap komitmen membeli hasil panen kopi dari para petani. Dengan sulitnya kopi terserap pasar, maka Klasik Beans pun mau tidak mau harus menambah gudang.

"Kita semua berharap pandemi Covid-19 segera berlalu, agar pasar kopi nasional dan dunia kembali bergairah," tandasnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya