Jurus Mendag Dorong Ekspor Makanan dan Minuman di Tengah Pandemi

Tren ekspor makanan minuman Indonesia ke Amerika selama lima tahun terakhir (2015-2019) tercatat positif sebesar 7,15 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Jul 2020, 19:37 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2020, 19:36 WIB
Agus Suparmanto
Mendag Agus Suparmanto (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan terus berupaya membuka peluang produk nasional masuk ke pasar internasional. Salah satu langkah dengan secara rutin menggelar temu bisnis (business matching) secara daring.

Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto menyampaikan, kegiatan temu bisnis virtual ini merupakan langkah kreatif Kemendag dalam mendorong kinerja ekspor industri makanan dan minuman di pasar internasional. Selain itu, langkah ini merupakan dukungan nyata Kemendag terhadap sektor UKM agar semakin mampu bersaing.

"Langkah ini berbuah positif di mana para importir tertarik atas beberapa produk UKM Indonesia," kata Mendag di Jakarta, Senin (20/7/2020).

Contohnya, Indonesian Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) bekerjasama dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) yang menggelar rangkaian temu bisnis (business matching) pada 14 Juli lalu untuk sektor makanan dan minuman. Berlanjutnya untuk sektor furnitur 17 Juli, serta pada 21 Juli untuk fesyen dan pakaian jadi.

Pada 15 Juli lalu, ITPC LA juga bekerjasama dengan dengan KJRI San Francisco, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Pemerintah Daerah Jawa Timur menggelar acara serupa untuk sektor makanan minuman, furnitur, dan fesyen.

Untuk diketahui, tren ekspor mamin Indonesia ke Amerika selama lima tahun terakhir (2015-2019) tercatat positif sebesar 7,15 persen.

Produk ekspor makanan dan minuman terbesar Indonesia ke negara itu adalah makanan laut, buah-buahan, makanan ringan, dan gula.

Berdasarkan data BPS yang diolah Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia-Amerika Serikat periode Januari-Mei 2020 tercatat sebesar USD 10,7 miliar, dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD 3,70 miliar.

Sedangkan pada 2019, total perdagangan kedua negara mencapai USD 27,11 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD 8,58 miliar.

Khusus untuk ekspor makanan dan minuman Indonesia ke AS, pada periode Januari-April 2020 mencapai USD 293,63 juta.

Nilai ini tumbuh 29,69 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara ekspor makanan dan minuman Indonesia ke Amerika pada 2019 tercatat sebesar USD 730,4 juta.

Menteri Agus menambahkan, produk makanan dan minuman Indonesia menjadi salah satu sektor yang mampu bergerak positif selama pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai ekspor pangan olahan Indonesia sebesar 7,9 persen pada periode Januari-April 2020 atau sebesar USD 1,33 miliar.

 

Saksikan video di bawah ini:

Daya Saing

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Agus menjelaskan, Kemendag menyusun strategi peningkatan daya saing produk makanan minuman dan kuliner Indonesia.

"Strategi itu antara lain menentukan fokus pasar dan produk ekspor khusus untuk produk makanan minuman berbahan baku alami, organik, specialty, dan bumbu olahan sebagai bahan baku kuliner Indonesia. Strategi kedua yaitu meningkatkan daya saing produk, sumber daya manusia, dan UKM ekspor."

Selanjutnya, strategi ketiga yaitu meningkatkan penetrasi pasar. Keempat, memperkuat peran perwakilan perdagangan di luar negeri.

Kelima, melakukan relaksasi ekspor dan impor untuk tujuan ekspor. Keenam, pengembangan SDM ekspor di antaranya melalui webinar, pelatihan ekspor, dan program pendampingan ekspor selama pandemi.

Menteri Agus menyebut, Kemendag melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) juga terus membuka pasar baru dan menawarkan produk unggulan antara lain kopi, teh, minuman jahe, bumbu masak, berbagai saus siap pakai, rempah-rempah, makanan laut, keripik, mi instan, sarang burung walet, serta produk berbahan baku gula (confectionery products), ke sejumlah negara potensial, seperti Kanada.

Mendag menyebut, industri makanan dan minuman olahan menghadapi tantangan ekspor yang cukup berat karena pandemi juga menyebabkan pembatasan sosial. Meski begitu,tidak menyurutkan semangat ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. Agus yakin produk ini tetap dibutuhkan pasar dunia.

"Kemendag mendorong pengembangan ekspor produk ini untuk mengawal kinerja ekspor, khususnya di tengah pandemi Covid-19," tegas Agus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya