Harga Minyak Perkasa karena China Patuhi Kesepakatan Dagang

Harga minyak mentah Brent naik 57 sen atau 1,3 persen menjadi USD 45,37 per barel.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Harga minyak mentah Brent naik 57 sen atau 1,3 persen menjadi USD 45,37 per barel. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas karena hampir seluruh negara yang tergabung dalam OPEC + memenuhi kesepakatan pemotongan produksi pada Juli.

Selain itu, pendorong lain kenaikan harga minyak dunia adalah setelah pernyataan dari salah satu pejabat AS yang mengatakan bahwa China secara bertahap akan mematuhi kesepakatan dagang.

Mengutip CNBC, Selasa (18/8/2020), harga minyak mentah Brent naik 57 sen atau 1,3 persen menjadi USD 45,37 per barel. Untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate ditutup naik 88 sen atau 2,09 persen ke level USD 42,89 per barel.

Kepatuhan negara-negara yang tergabung dalam organisasi eksportir minyak dan beberapa sekutunya atau sering disebut dengan OPEC + untuk memotong produksi cukup tinggi. Ini menjadi salah satu sentimen pendorong harga minyak.

Negara-negara penghasil minyak telah memangkas produksi dari posisi tertinggi untuk menjaga pasokan dan mengurangi persediaan di seluruh dunia.

China memenuhi kesepakatan perdagangan yang ditandatangani kedua pihak pada bulan Januari. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Perusahaan minyak milik negara China secara tentatif telah memesan kapal tanker untuk mengangkut setidaknya 20 juta barel minyak mentah AS untuk Agustus dan September. Hal ini juga menjadi pendorong kenaikan harga minyak

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perdagangan Sebelumnya

ilustrasi tambang migas
Harga minyak mentah Brent naik 57 sen atau 1,3 persen menjadi USD 45,37 per barel. (iStockPhoto)

Sebelumnyak, harga minyak turun tipis pada hari Jumat. Sentimen utama adalah kekhawatiran bahwa permintaan akan pulih lebih lambat dari yang diharapkan dari penutupan pandemi COVID-19. Sementara meningkatnya pasokan juga membayangi optimisme atas penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar.

Minggu ini, dua peramal terkemuka, Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak, memangkas perkiraan permintaan minyak 2020 mereka. OPEC dan sekutunya meningkatkan produksi bulan ini.

"Pertanyaan gambaran besarnya adalah apakah penyebaran virus corona akan terus berdampak pada kembalinya permintaan bensin dan solar," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston, seperti diktuip dari CNBC, Sabtu (15/8/2020).

Minyak mentah Brent turun 10 sen menjadi USD 44,86 per barel, sementara West Texas Intermediate turun 23 sen menjadi USD 43,01 per barel.

Harga telah didukung minggu ini oleh data pemerintah AS yang menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin dan sulingan turun pekan lalu karena penyulingan meningkatkan produksi dan permintaan produk minyak naik.

“Jika tren itu terus berlanjut, itu sangat mendukung harga dan akan mendorong harga lebih tinggi,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Jumlah rig minyak dan gas AS, indikator pasokan di masa depan, turun minggu ini selama 15 minggu berturut-turut ke rekor terendah, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.

“Apa yang menahan kami pada sentimen itu adalah bahwa pasar masih takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan virus,” kata Flynn.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya