Neraca Dagang Indonesia Surplus USD 3,26 Miliar pada Juli 2020

Surplus neraca dagang terjadi karena ekspor yang secara bulan ke bulan naik cukup tinggi, yakni 14,33 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Agu 2020, 12:06 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 12:05 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus USD 3,26 miliar pada Juli 2020.

“Surpls ini jauh lebih besar dibandingkan surplus bulan sebelumnya, juga jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi Juli 2019,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam video konferensi, Selasa (18/8/2020).

Menurut catatannya, Suhariyanto menjelaskan surplus ini terjadi karena ekspor yang secara bulan ke bulan naik cukup tinggi, yakni 14,33 persen. Sementara impor secara bulan ke bulan turun 2,73 persen.

“Jadi alhamdulillah pada Juli 2020 ini neraca dagang masih mengalami surplus USD 3,26 miliar. Kalau kita lihat surplus ini didominasi oleh non migas,” kata Kecuk.

Secara rinci, neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat (AS) tercatat surplus USD 1,04 miliar, dengan ekspor USD 1,6 miliar dan Impor USD 566,9 juta.

Sementara dengan India, surplusnya mencapai USD 466,9 juta. Dengan ekspor sebesar USD 800,4 juta dan impor USD 333,5 juta.

Dengan Filipina, neraca dagang Indonesia tercatat surplus USD 460,4 juta. Dengan ekspor USD 490 juta, impor USD 30,2 juta.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Neraca Dagang Surplus, Bukti Ekonomi Indonesia Positif Selama Pandemi

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan akan memaksimalkan dan memusatkan perhatian terhadap produk yang berkembang saat masa pandemi covid-19 untuk menjaga perkembangan ekonomi kedepannya.

“Karena itu, kita harus melihat apa saja yang bisa dimaksimalkan saat ini. Kementerian Perdagangan sendiri melihat ada tiga kategori yang bisa optimalkan dalam perdagangan yaitu, produk apa yang positif selama pandemi, produk baru apa muncul akibat pandemi dan produk apa yang pulih pasca pandemi,” kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, di Jakarta, Kamis (13/8/2020).

Menurut Agus, meskipun pandemi di satu sisi menghambat jalannya ekonomi, tetapi disisi lain juga mempunyai peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan. Ia menyebut perdagangan sendiri akan menjadi kunci dalam masa pandemi ini.

Bahkan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, mengatakan perdagangan adalah indikasi nyata dari berjalannya ekonomi masyarakat, baik di sektor riil maupun keuangan.

Untuk perdagangan luar negeri saja, Jerry menyebut Indonesia sampai saat ini masih mencatat surplus hingga USD 5,5 miliar. Artinya,  kinerja ekonomi Indonesia masih bisa disebut positif dan harus terus dijaga.

“Kondisinya memang banyak negara sedang mengalami masa sulit. Kita bersyukur masih bisa mencatat surplus yang cukup baik. Tapi tentu saja kita harus bekerja keras untuk menjaga dan meningkatkannya,” Kata Jerry.

Kata Jerry, Kementerian Perdagangan saat ini tengah terus mengupayakan transformasi dalam perdagangan, termasuk penggunaan teknologi digital.

Dirinya menilai masa pandemi ini merupakan momentum yang tepat untuk memaksimalkan teknologi, seperti di e-commerce, dan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya