Strategi Mendag Genjot Angka Ekspor di Tengah Pandemi

Salah satu strategi Mendag dengan memanfaatkan permintaan yang sudah ada pada komoditas tertentu.

oleh Athika Rahma diperbarui 20 Sep 2020, 20:31 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2020, 20:31 WIB
Mendag Agus Suparmanto Sambangi EMTEK Group
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto menyatakan, pandemi Covid-19 membuat sektor perdagangan Indonesia terhantam. Ekspor Indonesia mengalami penurunan karena negara-negara tujuan ekspor memberlakukan kebijakan penanganan Covid-19.

Untuk bertahan, dia memaparkan strategi menggenjot angka ekspor di tengah pandemi. Salah satunya dengan memanfaatkan permintaan yang sudah ada pada komoditas tertentu.

"Tadi saya katakan, salah satu strategi produk yang meningkat dalam kurun waktu misalnya 5 tahun akan kita fokuskan. Di AS mereka sudah ada demand, Cina, Swiss (juga), nah, ini kita infokan ke pelaku usaha sehingga mereka tahu demand yang memang sedang ada," ujar Mendag dalam tayangan virtual, Minggu (20/9/2020).

Mendag bilang, peluang ekspor terbuka sangat lebar namun pelaksanaannya memerlukan sinergi yang baik apalagi pandemi belum berakhir.

Sebenarnya, beberapa Indonesia masih memiliki tingkat ekspor yang tinggi walaupun ada wabah Covid-19. Misalnya, komoditas minyak, logam mulia, alat kesehatan hingga buah-buahan olahan (processed fruit).

"Hal ini memberi pesan bahwa di tengah pandemi, masih ada peluang meningkatkan ekspor selama kita jeli menemukan peluang dan menemukan inovasi baru sesuai kebutuhan masyarakat," tandas Mendag.

Kemudian, strategi-strategi lain yang dilakukan Kementerian Perdagangan terdiri dari mempermudah dan mempercepat layanan penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) barang ekspor melalui surat penerapan affixed signature dan stamp

Kedua, menerapkan automatic automatisation dalam memproses perizinan ekspor dan impor bagi reputable traders. Ketiga, meningkatkan dan mempercepat layanan ekspor dan impor, sert mengawasi melalui national logistic ecosystem (NLE).

"Keempat, meningkatkan fasilitas dan pelayanan informasi ekspor, promosi ekspor serta business matching secara virtual melalui perwakilan perdagangan," ujar Agus.

Kelima, melakukan pelatihan kepada calon eksportir baru baik yang dilaksanakan oleh kementerian perdagangan maupun yang dilakukan bekerja sama dengan beberapa lembaga dan mitra dagang agar saat situasi kembali normal pelaku usaha sudah siap memanfaatkan peluang ekspor yang ada.

Keenam, mengusulkan insentif berupa asuransi atau kredit ekspor atau pembiayaannya kepada lembaga pembiayaan ekspor indonesia atau LPEI bagi eksportir terdampak Covid-19.

Saksikan video di bawah ini:

Mendag Minta Tetap Waspada Meski Neraca Perdagangan Surplus

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Neraca perdagangan Indonesia surplus pada periode Januari hingga Agustus 2020 dengan nilai USD 11,05 miliar. Nilai ekspor tercatat USD 103,15 miliar, lebih tinggi dari nilai impor sebesar USD 92,10 miliar. 
 
Kendati, pada tahun 2019, neraca perdagangan Indonesia sempat mengalami defisit USD 3,2 miliar. Hanya, neraca perdagangan non migas mengalami surplus USD 6,15 miliar dipengaruhi beberapa komoditas, mulai dari lemak dan minyak nabati hingga pakaian.
 
Meski secara angka surplus, Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto meminta agar Indonesia tetap hati-hati karena nilai ini disebabkan oleh tingkat impor yang turun tajam. Demikian pula dengan kondisi neraca dagang yang sedang surplus saat ini.
 
"Kita harus tetap waspada karena surplus ini disebabkan impor yang turun lebih dalam dari periode sebelumnya," ujar Agus dalam tayangan virtual, Minggu (20/9/2020). 
 
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia turun 6,51 persen dibandingkan periode Januari-Agustus 2019. Sementara, nilai impor Indonesia turun 18,06 persen dibandingkan periode Januari-Agustus 2019.
 
Kendati, Indonesia masih berada di posisi yang baik karena mengalami neraca perdagangan yang surplus di tengah perlambatan ekonomi dan perdagangan global disertai pandemi Covid-19 yang belum kunjung mereda. 
 
Terdapat beberapa tantangan yang harus dilalui pemerintah agar sektor ekonomi berjalan dengan baik, terutama di bidang perdagangan. Misalnya, kerjasama perdagangan internasional yang tidak berjalan efektif. 
 
Lalu, perubahan pola perdagangan global, ancaman resesi global, perubahan pola konsumsi masyarakat dan daya beli masyarakat yang melemah. 
 
Namun, menurut Mendag Agus, tantangan itu tidak dapat dijadikan alasan untum membiarkan sektor perdagangan melemah dan tidak berjalan baik. 
 
"Perrdagangan adalah salah satu kunci ekonomi nasional, jadi harus terus bergerak dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat," ujarnya. 
 
 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya