Kementan Dukung Pembagian Kartu Tani pada 3 Desa di Jombang

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan saat ini adalah masa transisi penggunaan Kartu Tani.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2020, 16:53 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2020, 16:31 WIB
Kartu Tani
Petani di Kota Cimahi, Jawa Barat terus didorong memanfaatkan kartu tani untuk membeli pupuk bersubsdi.

Liputan6.com, Jakarta Penyebaran Kartu Tani terus berlangsung di Pulau Jawa. Kali ini, Kartu Tani dibagikan kepada petani di 3 desa di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. 

Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung upaya ini. Petani pun bisa memanfaatkannya untuk mendapat pupuk subsidi.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan saat ini adalah masa transisi penggunaan Kartu Tani.

“Kartu Tani mengubah pola pendistribusian pupuk subsidi yang sebelumnya dilakukan manual. Memang butuh penyesuaian, tetapi petani tidak perlu khawatir karena dengan Kartu Tani pendistribusian pupuk akan semakin tepat sasaran,” tutur Mentan, Senin (21/9/2020).

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan perubahan pola seperti ini harus disikapi petani.

“Kita akui memang butuh waktu dalam perubahan proses seperti ini. Dari awalnya manual kemudian berubah hingga memanfaatkan Kartu Tani. Tapi kita yakin cara ini akan berhasil. Karena perubahan seperti ini ada di masyarakat. Misalnya awal penggunaan kartu e-Tol, tapi sekarang terbukti membantu. Begitu juga dengan Kartu Tani, pasti membantu karena manfaat yang diberikan sangat banyak,” jelas dia.

Sarwo Edhy menambahkan, pola distribusi menggunakan Kartu Tani akan jauh lebih baik dan lebih tepat sasaran dari sebelumnya.

“Karena, validasi yang kita lakukan berjenjang atau bertahap. Kita pun melakukan validasi berdasarkan NIK, dengan menggandeng Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Jadi benar-benar data tersebut by name by address. Setelah validasi, data yang double kita hilangkan,” tuturnya.

Di Jombang, 3 desa yang mendapat distribusi Kartu Tani adalah Desa Sambirejo, Desa Galeng Dowo, dan Desa Wonomerto. Pendistribusian tersebut dihadiri perwakilan dari Bank BNI dan PPL Pertanian Wonosalam Umam serta Bhabinkamtibmas.

Kepala Desa Galengdowo Wartono, menyampaikan, di Desa Wonomerto sebanyak 21 orang petani yang menerima kartu tani, Desa Galengdowo 19 orang dan Desa Sambirejo sebanyak 151 orang.

“Ini dibagikan secara bertahap, bagi yang berhalangan mengambil di balai desa bisa mengambil langsung ke Kantor BNI Jombang,” jelas Wartomo.


Petani Pati Diuntungkan Program SP3T Kementan

Kementan memberikan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) kepada petani. Dok Kementan
Kementan memberikan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) kepada petani. Dok Kementan

Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya sebatas meningkatkan produksi pangan khususnya padi. Langkah lain juga menjamin agar harga jual yang diperoleh petani pada posisi tinggi agar menikmati keuntungan.

Oleh karena itu, penanganan pascapanen yang baik harus dengan sistem pengelolaan yang terstruktur. Salah satunya melalui pembentukan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T).

Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) lahir atas dasar keprihatinan. Karena selama ini petani padi banyak yang tidak menikmati hasil panen secara maksimal karena banyak dijual dalam bentuk gabah kering panen.

Kementan pun memberikan bantuan alsintan seperti combine harvester, vertical dryer, RMU, dan mesin packing.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Pati Purwanto, petani di Desa Kepuhkencono Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati mendapat bantuan SP3T komplit. Mulai dari alat tanam, alat panen sampai alat pasca panen.

“Para petani yang tergabung di Gabungan Kelompok Tani Fortuna, telah bisa melayani permintaan beras seperti apa saja karena alat sudah tersedia dari Kementan,” ucap Purwanto pada saat Tim Humas Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berkunjung ke tempat SP3T Gapoktan Fortuna Desa Kepuhkencono Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Zamzuri Ketua Gapoktan Fortuna mengatakan, sangat amat terbantu dengan bantuan SP3T dari Kementerian Pertanian ini.

“Setelah mendapat bantuan ini efektifitas pengelolaan lebih cepat. Yang biasanya petani membutuhkan waktu yang lama untuk pengolahan “ jelas dia.

Lebih lanjut Zamzuri menceritakan bahwa untuk harga sebelum punya alat ini harga per kilogram (kg) Rp 7.500 sekarang menjadi Rp 8.400. Dan untuk satu hari bisa menghasilkan 5 ton dan hanya membutuhkan satu orang tenaga kerja saja.

“Untuk biaya penggilingan sampai menjadi beras dalam kemasan yaitu Rp 300 untuk petani yang datang dari daerah lain. Tapi untuk daerah sini hanya Rp 250 perkilonya,“ ucap Zamzuri.

Dengan adanya alat ini Kelompok Tani dan masyarakat sekitar daerah sini bisa terbantu harga jualnya.

Zamzuri berharap untuk kedepannya agar bisa dibantu untuk pemasarannya. “Selama ini kami hanya konvensional saja. Kami berharap bisa bekerja sama dengan dengan Bulog mengingat Kebupaten Pati merupakan salah satu sentra padi di Pulau Jawa," harap dia.

Zamzuri juga berharap agar program ini mudah-mudahan bisa berlanjut dan dikembangkan di daerah daerah yang lainnya karena dengan adanya alat ini petani sangat diuntungkan.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi berharap melalui bantuan tersebut tidak mengalami lagi gabah yang rusak ketika musim hujan karena tidak ada mesin pengering atau harga jatuh karena panen raya.

Bahkan, dengan adanya paket sarana ini lembaga tani bisa memproduksi beras kemasan dengan label yang khas. Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa jajaran Kementerian Pertanian harus siap dan hadir untuk memenuhi kebutuhan pangan 267 juta penduduk Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya