Nilai Transaksi Bukalapak Naik 30 Persen Selama Pandemi Covid-19

Presiden Bukalapak, Teddy Oetomo menyebutkan bahwa nilai transaksi Bukalapak naik sekitar 30 persen saat pandemi Covid-19

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2020, 10:30 WIB
Bukalapak
Pembukaan kantor research and development di Surabaya (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Bukalapak, Teddy Oetomo menyebutkan bahwa nilai transaksi Bukalapak naik sekitar 30 persen saat pandemi Covid-19. Teddy mengatakan, hal ini merupakan kabar baik bagi para pelaku di bisnis teknologi.

"Nilai transaksi naik 30 persen. Nah, kalau di Bukalapak itu ada dua segmen, direct terhadap pengguna dan ke warungnya. Direct ke pengguna hanya tumbuh sekitar 15 persen, tapi yang ke warung naik 170 persen," kata Teddy dalam webinar Bincang APBN 2021, Selasa (13/10).

Tingginya persentase direct ke warung yang mencapai 170 persen menandakan bahwa para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sudah menjamah teknologi. Oleh karena itu, Teddy merasa paradigma yang menyebutkan bahwa teknologi adalah sebuah disruption haruslah diubah.

Menurutnya, pelaku usaha saat ini harus bisa memanfaatkan teknologi, agar bisa saling bersinergi dan berkontribusi untuk kebaikan ekonomi Indonesia

"Seringkali teknologi dianggap sebagai disruption. Saya sangat tidak setuju. Saya rasa dengan kondisi makro Indonesia saat ini, kita harus beralih dari disruption ke collaboration," kata Teddy

"Antara offline dan online harus bekerja sama demi kebaikan ekonomi Indonesia," tambahnya.

Bukan hanya itu, ia mengatakan bahwa dampak baik penggunaan teknologi di sektor UKM juga bisa dilihat dengan adanya kenaikan transaksi per warung sebesar 50 persen.

"Transaksi per warung ini naiknya 50 persen. Dari sini kita bisa punya pandangan baru bahwa ternyata warung lebih beneficial," katanya.

Berdasarkan analisisnya, kenaikan tren transaksi per warung di Bukalapak disebabkan oleh kebijakan work from home (WFH) atau bekerja di rumah. Tercatat, pembelian kuota internet dan top up pulsa meningkat drastis oleh kalangan menengah ke atas yang sebelumnya jarang top up internet atau pulsa.

"Mungkin mereka biasanya kan di kantor. Nah karena WFH, harus beli kuota dan pulsa," ujarnya.

"Memang kita lihat, pada service-service untuk digital ini meningkat sangat pesat. Seperti top up pulsa, kirim uang, pembayaran bill," tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Daya Beli Turun

Bank Mandiri Gandeng Bukalapak Promosikan UMKM dan Luncurkan Program Diskon Hingga 75%
Bank Mandiri hadirkan program pesta diskon untuk transaksi pembayaran menggunakan Mandiri kartu debit dan Mandiri kartu kredit hingga sebesar 75%.

Meskipun transaksi per warung naik hingga 50 persen, Teddy mengatakan bahwa daya beli pengguna Bukalapak secara keseluruhan turun 5 persen.

Sejak Covid-19 mewabah, tren daya beli pengguna memang menurun. Terhitung sejak bulan Maret hingga Mei 2020. Kemudian, pada bulan Juni, kembali rebound. Meskipun begitu, tren daya beli dari Mei hingga September ini ternyata datar. Tidak naik ataupun turun.

"Bahkan di lima kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Semarang, nilai pengguna per transaksi turun hingga 5 persen. Daya beli juga flat, dari bulan Juni ke September," kata Teddy

Teddy mengatakan bahwa Bukalapak lebih memperhatikan daya beli masyarakat dibandingkan total nilai transaksi. Jika melihat total nilai transaksi, tentunya e-commerce maupun technology company lainnya akan mendapatkan market share dari penjual atau pedagang offline.

"Soalnya kan PSBB, jadi pasti pengguna bertambah. Nah, oleh karena itu kita lebih melihat ke daya beli penggunanya sendiri," tutupnya.

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya