Imbas La Nina, Beberapa Wilayah Indonesia Terancam Banjir Mulai November 2020

Sejumlah daerah semakin rawan terkena banjir lantaran beberapa faktor, seperti semakin sempitnya daerah tangkapan air.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Okt 2020, 17:39 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 17:39 WIB
Dampak sapuan banjir bandang di pesisi selatan Garut, Jawa Barat, cukup meluas hingga enam kecamatan.
Dampak sapuan banjir bandang di pesisi selatan Garut, Jawa Barat, cukup meluas hingga enam kecamatan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus bersiaga menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan datang mulai November 2020 hingga April 2021.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Jarot Widyoko, meminta partisipasi masyarakat dalam menangani potensi banjir yang terjadi pada puncak musim hujan nanti. Terlebih dengan adanya potensi peningkatan curah hujan sebagai dampak dari fenomena La Nina.

"Apalagi ke depan dengan prediksi adanya La Nina, intensitas hujan akan bertambah 30-40 persen. Hadapi ini Kementerian PUPR tak bisa sendiri, harus ada persiapan, termasuk kesiapsiagaan dari kementerian yang lain. Masyarakat sendiri juga harus disosialisasikan dan tahu apa yang bisa dilakukan sebelum terjadi ini," imbuh dia dalam sesi teleconference, Jumat (16/10/2020).

Mengutip prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jarot menyampaikan prakiraan puncak musim hujan di beberapa daerah di Indonesia. Seperti untuk Kalimantan, yakni antara Desember 2020 sampai Januari 2021.

Kemudian di Sulawesi, di mana intensitas hujan tertinggi akan terjadi pada Januari-April 2021. Lalu Sumatera pada November 2020, Jawa serta Bali dan Nusa Tenggara pada Februari 2021, Papua di Desember 2020, dan Maluku di Januari 2021.

Jarot menggarisbawahi jika sejumlah daerah semakin rawan terkena banjir lantaran beberapa faktor, seperti semakin sempitnya daerah tangkapan banjir (catchment area) hingga perubahan aliran air (run off). Itu semua terjadi akibat pertumbuhan pembangunan dan jumlah penduduk yang kian masif.

"Yang tadinya hujan turun masuk ke dalam bumi, ada pembangunan rumah dan lain-lain lahan terusik. Pada saat hujan turun, dia tidak sempat masuk ke dalam bumi karena lapisannya sudah diperkeras, paving, beton, dan lain-lain. Jadi hujan turun masuk ke selokan dan itu pasti mengalir ke sungai," tuturnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video di bawah ini:


Langkah Antisipasi Kementeria PUPR Lainnya

Beberapa warga terdampak banjir bandang pesisir pantai selatan Garut, Jawa Barat terlihat tengah melakukan kerja bakti membersihkan lumpur sisa banjir.
Beberapa warga terdampak banjir bandang pesisir pantai selatan Garut, Jawa Barat terlihat tengah melakukan kerja bakti membersihkan lumpur sisa banjir. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Menindaki situasi tersebut, Kementerian PUPR disebutnya telah melakukan beberapa pengerjaan seperti membangun bendungan hingga melakukan normalisasi sungai. Namun, seluruh upaya tersebut tetap tidak akan bisa mengendalikan banjir secara optimal, karena tanah semakin sulit menyerap air.

"Ini perlu partisipasi kepada semua stakeholder, mulai dari yang paling kecil saja. Kami harapkan jadi dorongan moral, kita dorong ada suatu moto yang akan kita gaungkan adalah kembalikan air ke bumi. Siapapun, mulai dari seberapapun yang bisa kita lakukan," imbuhnya.

"Kalau di tingkat rumah buat sumur resapan. Di tingkat RT buat kolam-kolam. Intinya tahanlah air hujan yang turun, kembalikan ke bumi, sehingga semua masyarakat kalau berpartisipasi, pemerintah daerah termasuk pusat, semua konsentrasi kurangi koofisien run off yang ngalir ke sungai. Insya Allah ini akan signifikan (tekan) debit air yang mengalir ke sungai," ujar Jarot.


Infografis Banjir Datang, Waspada Klaster Pengungsian

Infografis Banjir Datang, Waspada Klaster Pengungsian. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Banjir Datang, Waspada Klaster Pengungsian. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya