Pemerintah Sebut Perekonomian Nasional Sudah di Titik Balik

Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2020, 13:30 WIB
20160422-Anggota Komisi XI DPR RI Diskusikan RUU Tax Amnesty Bareng PARA Syndicate-Jakarta
Pengamat CITA Yustinus Prastowo (kanan) memberikan keterangan saat diskusi bersama PARA Syndicate di Jakarta, Jumat (22/4/2016). Diskusi membahas RUU Tax Amnesty vs Skandal Panama Papers: Quo Vadis Reformasi Pajak. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen. Angka ini dinilai lebih baik dibandingkan pada kuartal II-2020 yang mengalami kontraksi 5,23 persen.

Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami titik balik dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Sebab, meski masih mengalami kontraksi, namun telah melewati fase terendahnya.

"Kita melihat saat ini kita mengalami titik balik," kata Yustinus dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk Efek Resesi di Tengah Pandemi, Jakarta, Sabtu (7/11/2020).

Yustinus mengaku diawal virus corona ini menyebar di Indonesia, pemerintah tidak siap. Hal yang sama juga dialami berbagai negara di dunia.

Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah melakukan berbagai upaya lewat berbagai kebijakan dan program. Selain itu, birokrasi yang berbelit saat ini sudah mulai bekerja efektif.

Hasilnya kata dia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga mengalami perbaikan. "Di Q3 ini mengalami pertumbuhan dibandingkan Q2, tumbuh positif, ini kabar baik," ungkap Yustinus.

Diharapkan akselerasi kinerja pemerintah akan terus membaik sehingga akan menjadi prakondisi bagi pergerakan ekonomi di tahun 2021. Yustinus menambahkan selama perlambatan ekonomi karena pandemi, membuat pemerintah untuk pertama kalinya menjadi penyangga.

Pemerintah pasang badan saat semua sektor mulai terganggu dan memberikan tekanan bagi masyarakat. Pemerintah juga beradaptasi dengan keadaan dengan mengeluarkan berbagai kebijakan dan memberikan stimulus.

"Ini kali pertama pemerintah jadi penyangga utama, ketika market terganggu dan warga mengaku tertekan," kata dia.

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah ini kata Yustinus menjadi modal sosial. Sebab pemerintah sudah responsif terhadap keadaan dan sektor privat juga mulai tumbuh dan masyarakat bisa tumbuh dan bertahan dengan dalam kondisi ini.

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pandemi Covid-19 Selesai, Indonesia Bisa Langsung Keluar dari Resesi

FOTO: Libur Panjang di Masa PSBB Transisi, Kawasan Kota Tua Mulai Dipenuhi Wisatawan
Warga menggunakan sepeda wisata di kawasan Kota Tua Jakarta, Kamis (29/10/2020). Libur panjang di masa pemberlakuan PSBB transisi Jakarta dimanfaatkan warga untuk mengunjungi lokasi-lokasi wiisata. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Indonesia resmi masuk periode resesi teknikal setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 terkontraksi 3,49 persen. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen.

Meski masih minus, ada harapan ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali dengan amunisi yang disiapkan pemerintah. Anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit mengatakan, jika Covid-19 selesai, maka resesi bisa dihindari.

"Karena itu protokol kesehatan harus betul-betul dilaksanakan dan diawasi. Ini yang paling mendasar sebab kalau tidak, sebentar-sebentar PSBB (pembatasan sosial)," ujar Anton kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2020).

Jika PSBB digas-rem dalam kurun waktu yang berdekatan, dunia usaha tidak bisa beroperasi dengan maksimal. Menurut Anton, menggenjot ekonomi harus dengan mengatasi pandemi.

Lanjutnya, studi dari beberapa lembaga penelitian menyebutkan kalau naiknya kegiatan ekonomi akan membuat tren pandemi juga turut naik. Namun jika aktivitas tidak berjalan, ekonomi tidak akan tumbuh.

Itulah kenapa, dalam pelaksanaannya, aktivitas ekonomi harus tetap jalan dengan protokol kesehatan yang ekstra hati-hati. Dengan begitu, Indonesia bisa keluar dari resesi.

"Kita tidak bisa dikotomikan pandemi dan ekonomi. Dua-duanya penting," kata Anton.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya