Inflasi November 2020 Diperkirakan 0,18 Persen

Komoditas pangan yang menjadi penyebab adanya inflasi berasal dari komoditas daging ayam dan daging sapi.

oleh Tira Santia diperbarui 01 Des 2020, 10:15 WIB
Diterbitkan 01 Des 2020, 10:15 WIB
BI Prediksi Inflasi Capai 0,42 Persen pada Januari 2020
Aktivitas jual beli beli di pasar kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (28/1/2020). Bank Indonesia memproyeksikan terjadi inflasi di Januari 2020 bersumber dari beberapa komoditas pangan yang mengalami tekanan harga, di antaranya telur ayam akan berkontribusi juga ke inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan terjadi inflasi pada November 2020 di angka 0,18 persen MoM, atau 1,50 persen YoY dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,07 persen MoM atau 1,44 persen YoY.

“Inflasi bulan November didorong oleh kenaikan inflasi harga bergejolak terindikasi dari tren kenaikan harga dari sebagian besar komoditas pangan,” kata Josua kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).

Adapun komoditas pangan yang menjadi penyebab adanya inflasi berasal dari komoditas daging ayam yang naik 9,3 persen MoM, daging sapi 0,2 persen MoM, telur ayam 5,1 persen MoM, bawang merah 13,7 persen MoM, bawang putih 6,1 persen MoM, cabai rawit 8,1 persen MoM dan minyak goreng 1,1 persen MoM.

Kendati begitu, meskipun terdapat beberapa komoditas pangan yang naik, inflasi juga dipengaruhi oleh adanya komoditas yang turun seperti cabai merah -0,1 persen MoM.

Selain itu, Josua menyebutkan laju bulanan inflasi inti pada bulan November diperkirakan menurun sejalan dengan tren penurunan harga emas sebesar -4,54 persen MoM. Namun inflasi inti diperkirakan sebesar 1,78 persen YoY dari bulan sebelumnya 1,74 persen.

“Secara keseluruhan, inflasi hingga akhir tahun ini diperkirakan akan di bawah 2 persen, lebih rendah dari batas bawah target inflasi Bank Indonesia, mempertimbangkan inflasi sisi permintaan yang masih cenderung lemah di tengah pandemi COVID-19,” ujarnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Ekonom Ramal Inflasi 2020 Hanya di Angka 2 Persen

Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi inflasi di 2020 hanya 2 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding 2019 yang sebesar 2,72 persen.

“Kalau kemarin kami hitung sekitar 2 persen YoY lebih rendah dari tahun lalu,” kata Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif indef Tauhid Ahmad, kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).

 

Perkiraan inflasi tahun 2020 lebih rendah karena dampak pandemi corona covid-19 yang menyebabkan daya beli menurun. Sementara supply semakin ketat otomatis permintaan atau kenaikan harga itu tidak terlalu tinggi.

“Nah kita memang sempat mengalami deflasi di Juli, Agustus, dan September, tapi perkiraan saya Oktober, November mulai naik 1,6-1,8 persen, dan Desember menjelang akhir tahun inflasinya mencapai 2 persen,” ujarnya.

Selanjutnya Tauhid memperkirakan inflasi tahun 2021 Pemerintah bisa mencapai target 3 plus minus 1 persen. Hanya saja tidak presisi, karena kenaikan inflasi sekitar 1 atau 0,1 persen saja akan sangat berpengaruh luar biasa kepada masyarakat.

“Tahun ini saya prediksikan inflasi lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi yang tentunya itu menjadi beban bagi semua orang. Dan tahun depan saya kira masih berbeda positif sedikit tapi tak terlampau besar,” katanya.

Lantaran 2021 masih dalam proses pemulihan ekonomi, tapi tidak sepenuhnya pulih. Menurutnya tergantung bagaimana Pemerintah menangani covid-19, jika covid-19 selesai dan adanya pemulihan ekonomi, daya beli, dan permintaan barang dan jasa meningkat maka otomatis kenaikan harga secara pelan juga meningkat.

“Karena kita melihat di tahun depan masih ada pemulihan tapi masih belum capacity, artinya pertumbuhan daya beli masih separuh,” kata Tauhid.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya