3 Tantangan UMKM Naik Kelas di Masa Pandemi Covid-19

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan masih banyak tantangan bagi UMKM untuk masuk ke ekosistem digital

oleh Tira Santia diperbarui 10 Des 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2020, 17:00 WIB
UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan masih banyak tantangan bagi UMKM untuk masuk ke ekosistem digital agar bisa naik kelas dan go global, salah satunya masalah kapasitas produksi.

“Ini suatu tantangan karena menurut catatan kami ada tiga hal, pertama, mengenai kapasitas produksi, begitu terhubung ke platform digital apalagi dalam skala nasional kapasitas produksinya harus juga cukup memadai untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih besar,” kata Teten Masduki dalam webinar Peran UMKM sebagai Ujung Tombak Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi, Kamis (10/12/2020).

Menurutnya, ketika produksinya terbatas dan mereka tidak bisa memenuhi permintaan konsumen maka akan ditinggalkan. Kedua, kualitas marketplace online, banyak produk-produk yang brandnya yang sudah kuat maka ini menjadi pesaing yang ketat bagi produk UMKM.

Kendati begitu, ia mengakui produk buatan dalam negeri yang dibuat dengan custome atau handmade itu lebih keren daripada buatan produk massal. Misalnya untuk pakaian dan makanan ia kira sekarang sudah cukup keren produksinya.

“Apalagi makanan minuman sekarang kan jauh lebih aman kita membeli produk yang kita tahu asal-usulnya, bagaimana produksinya secara higienis dan terbukti juga sekarang banyak yang barang yang tadinya barang konsumsi impor sekarang dibatasi, ternyata bisa juga disubstitusi oleh produk dalam negeri,” ujarnya.

Lanjut, tantangan yang ketiga adalah literasi digital. Kata Teten Masduki, banyak UMKM yang masih belum perhatian bagaimana menggunakan perangkat smartphone terhubung dengan internet dan bagaimana strategi dalam menjual barang di online, karena menjual di online dan offline itu beda strateginya.

“Nah, tiga hal  itu yang saya kira perlu kita sama-sama kerjasama untuk menyiapkan UMKM kita supaya siap on boarding di market digital,” ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tantangan Lain

UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, tantangan lainnya adalah daya beli masyarakat yang terbatas sehingga pola konsumsi masyarakat juga bisa dilihat hanya diprioritaskan untuk belanja makanan minuman, kebutuhan pokok, home care, dan pendidikan.

“Jadi sekarang saya kira bagaimana UMKM kita di tengah pola konsumsi tadi melakukan reorientasi bisnis, banting setir lah mengikuti tren pasar,” imbuhnya.

Demikian pola konsumsinya sekarang sudah melalui marketplace atau online, maka selain melakukan inovasi produk, sangat penting untuk beradaptasi dengan market yang baru berjualan secara online.

“Nah sekarang ini UMKM yang berjualan online dari 13 persen awal tahun sekarang meningkat menjadi 16 persen UMKM yang sudah berjualan di market online,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya