Kisah Miliarder Negeri Jiran Tan Eng Kee, Anak Sopir Taksi Berharta Rp 15,5 Triliun

Melonjaknya kekayaan miliarder Tan Eng Kee dipicu kendaraan listrik dan energi surya.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jan 2021, 21:22 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2021, 21:00 WIB
Miliarder Malaysia Tan Eng Kee
Miliarder Malaysia Tan Eng Kee (dua dari kiri). Dok https://greatech-group.com/

Liputan6.com, Jakarta Tan Eng Kee merupakan salah satu pendiri sekaligus CEO GreatechTechnology. Kini, dia menyandang predikat miliarder dengan kekayaan bersih lebih dari USD 1 miliar.

Itu setelah harga saham perusahaannya melonjak hingga 330 persen pada tahun lalu. Tan didaulat masuk ke dalam kelompok miliarder asal Malaysia.

Lonjakan kekayaan Tan dipicu permintaan kendaraan listrik dan energi surya yang akhirnya menjadi keuntungan ganda bagi pengusaha Malaysia yang low profile itu.

“Energi terbarukan dan kendaraan listrik sedang tren sekarang. Mereka telah meningkatkan profitabilitas (perusahaan),” ujar Tan, seperti melansir laman Forbes, Senin  (18/1/2021).

Penjualan perusahaan Tan, selama 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2020 meningkat sekitar 17 persen menjadi 184,78 juta ringgit atau sekitar USD 44,44 juta. Sementara itu, laba bersihnya ikut melonjak menjadi 59,338 juta ringgit atau sekitar USD 14,27 juta.

Bisnis yang sudah dia dirikan sejak tahun 1997 bersama teman sekolahnya Khor Lean Heng, Greatech, merupakan produsen peralatan otomatis untuk jalur produksi bagi sejumlah produsen. Mulai dari perangkat medis, produsen energi terbarukan, hingga perusahaan semikonduktor.

Perusahaan Tan kini telah menguasai lebih dari 50 persen pasar internasional, terutama di AS. Dengan daftar klien seperti Lordstown Motors, produsen truk pick-up listrik di Ohio dan First Solar yang bermarkas di Arizone, pembuat sistem energi matahari.

Selain itu, produk Greatech yang lebih terkenal salah satunya adalah produk robotik untuk menempatkan modul surya di jalur produksi. Kemudian peralatan untuk menangani surya di lajur produksi, dan alat pengukur otomatis untuk telepon pintar.

Ketika bisnisnya bermigrasi dari awalnya sebagai produsen peralatan otomatis tunggal kemudian terus melebar. Ini dipicu banyaknya pemesanan dari klien, seperti Panasonic dan First Solar, pendapatan tahunan dan laba bersih perusahaan berhasil naik hingga sepuluh kali lipat di tahun 2015 dan 2019.

Saat itu merupakan tahun ketika Tan memutuskan untuk mendaftarkan Greatech di bursa saham Kuala Lumpur.

Kemudian pada bulan Oktober, Bank Investasi Publik Kuala Lumpur memproyeksikan bahwa pendapatan Greatech siap hingga 47,5 persen selama tiga tahun ke depan.

“Greatech berada pada posisi yang tepat untuk menangkap pertumbuhan di segmen surya foto volta melalui eksposur tidak langsun melalui First Solar dengan memasok lebih banyak jalur produksi ke First Solar,” tulis Chua Siu Li, analis di bank yang menulis laporan penelitian per Oktober.

“Saya tidak pernah bermimpi menjadi seorang miliarder. Saya sama sekali tidak mengharapkan ini. Saya memiliki kehidupan yang sederhana dan tidak ada yang berubah karena ini,” ujarnya.

 

Saksikan Video Ini

Anak Sopir Taksi

Ilustrasi Miliarder. Unsplash/Mathieu Stern
Ilustrasi Miliarder. Unsplash/Mathieu Stern

Melihat kenyataan sekarang ini, jika mengingat lagi kisah lama, Tan hanyalah seorang anak yang dibesarkan di Penang dengan keluarga yang bisa dibilang kelas bawah.

Tan merupakan satu-satunya putra laki-laki dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang sopir taksi yang kemudian meninggal saat Tan berusia 13 tahun.

Setelah kepergian sang ayah, Tan merasa memiliki lebih besar tanggung jawab di usianya yang masih muda.

Ketika usia Tan menginjak usia 16 tahun, dia akhirnya memutuskan untuk bekerja paruh waktu di sebuah toko roti. Dia bekerja paruh waktu setiap pulang sekolah.

Sering perjalanan hidupnya, Tan kemudian berhasil mendapatkan sertifikat di bidang teknik mesin pada tahun 1991.

Selanjutnya dia memutuskan untuk bekerja sebagai perencana produksi untuk perusahaan perkakas presisi.

Dua tahun kemudian, dia meminjam sebesar 10.000 ringgit dari ibunya. Melalui uang tersebut, Tan kemudian mendirikan Greatech (M) Sdn Bhd untuk membuat komponen peralatan teknik.

Dalam mendirikan bisnisnya tersebut, Tan meminta seorang teman untuk membantunya dalam hal pemasaran.

Akhirnya pada tahun 1995, dia berhasil meyakinkan teman sekolahnya Khor Lean Heng untuk bergabung dengannya. Namun pada 2001, Tan justru menutup usahanya tersebut.

Sementara itu pada tahun 1997, ia kembali memulai sesuatu yang baru dengan Khor, yakni Greatech Integration. Usaha tersebut memproduksi peralatan semi-otomatis dan otomatis untuk sektor elektronik konsumen.

Greatech akhirnya berkembang ke industri semikonduktor pada tahun 2002 dan sektor tenaga surya pada tahun 2010.

Tan mengatakan, meskipun ada beberapa waktu harus menghentikan bisnis selama lockdown karena adanya pandemi di Malaysia, 8 pabriknya kini sudah beroperasi kembali. “Bisnis kami semakin kuat,” ujar Tan yang sangat siap untuk pertumbuhan selanjutnya.

Hingga pada Desember lalu, Greatech berhasil memperluas kapasitas dengan membuka pabrik perakitan baru di Batu Kawan. Saat ini pun dia ingin membeli lebih banyak lahan di kawasan industri terdekat.

Selain itu, Greatech juga telah membuka kantor pertama di AS – fasilitas pengujian di Michigan – pada kuartal ketiga tahun 2020 yang digunakan untuk pelanggan kendaraan listriknya.

Tak hanya itu, pada kuartal ketiga tahun ini pun Tan akan membuka beberapa kantor serupa lainnya di Illinois dan Arizona. Tan juga berencana untuk mendirikan kantor di Jerman pada kuartal ketiga tahun 2021 dan memperluas hingga ke Eropa dan India.

“Kami akan mendapatkan keuntungan dari pentingnya ditempatkan di lingkungan, sosial, dan tata kelola saat perusahaan bergerak dari status nol,” kata Tan yang begitu optimis.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya