Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 2 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong utama kenaikan harga minyak ini karena turunnya persediaan minyak mentah di AS.
Selain itu, kenaikan harga minyak juga terjadi karena kenaikan permintaan bahan bakar di tengah musim dingin. Tahun ini merupakan salah satu badai salju terburuk dalam beberapa tahun terakhir yang melanda Timur Laut AS.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (2/2/2021), harga minyak mentah Brent naik 2,2 persen atau USD 1,22 menjadi USD 56,26 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS naik 2,59 persen menjadi USD 53,55 per barel.
Advertisement
Kedua benchmark harga minyak tersebut naik hampir 8 persen sepanjang perdagangan Januari 2021.
Data pemerintah AS menunjukkan terjadi penarikan 2,3 juta barel di Kilang Cushing, Oklahoma, pada pekan lalu. Dalam laporan Wood Mackenzie, para analis memperkirakan akan terjadi penurunan 2,3 juta barel setiap minggu dari kilang tersebut.
"Harga minyak mentah didukung oleh banyak faktor kecil minggu ini. Perkiraan penurunan persediaan di Cushing dan kenaikan tiba-tiba permintaan bahan bakar musim dingin di tengah cuaca yang lebih dingin," jelas analis Again Capital LLC di New York, John Kilduff.
"Selain itu, pembicaraan lebih lanjut di Capitol Hill tentang pemeriksaan stimulus juga menjadi stimulus harga minyak," tambah dia.
Timur Laut AS telah dilanda badai salju musim dingin yang dahsyat, menghantam daerah yang cukup luas yang membentang dari Pennsylvania hingga New England. Badai ini menyebabkan gangguan yang luas di Kota New York dan pusat kota besar lainnya di wilayah tersebut.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi
Goldman Sachs memperkirakan, harga minyak bisa naik menjadi USD 65 pada Juli 2021. Hal tersebut didorong oleh defisit pasar minyak 900 ribu barel per hari (bph) pada paruh pertama 2021. Angka tersebut lebih tinggi dari prediksi sebelumnya sebesar 500 ribu barel per hari.
Sedangkan Survei Reuters memperlihatkan produksi minyak OPEC naik untuk bulan ketujuh pada Januari. Hal tersebut terjadi setelah kelompok produsen minyak tersebut dan sekutunya setuju untuk mengurangi pembatasan pasokan lebih lanjut, meskipun pertumbuhan produksi lebih kecil dari yang diharapkan.
Â
Advertisement