Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso membeberkan beragam tantangan dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Mulai dari market share industri jasa keuangan yang masih rendah, literasi yang minim, hingga sumber daya yang masih terbatas.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) dinilai menjawab tantangan pengembangan ekonomi syariah dengan modal dan sumber daya yang kuat.
Baca Juga
"Dengan kemampuan permodalan dan sumber daya yang kuat dapat menjadi momentum untuk mengakselerasi perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia bahkan untuk eksis di kancah global dan regional," ujar Wimboh dalam keterangannya, ditulis Senin (15/2/2021).
Advertisement
BSI yang merupakan bank hasil merger BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan BRI Syariah diyakini memiliki infrastruktur yang kuat dan lengkap. Hal ini sangat vital dalam mendukung peningkatan competitiveness dengan skala ekonomi yang lebih besar, cakupan produk yang lebih bervariasi serta market share yang tinggi.
"Infrastruktur tersebut diantaranya kehandalan teknologi informasi, sumber daya manusia yang berkualitas, produk dan layanan yang bervariasi dan berkualitas, serta harga yang murah," tukas Wimboh.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, tujuan dibentuknya untuk menjadi bank syariah terbesar, menjadi barometer market di indonesia dan memiliki daya saing global.
"Kami tampil inovatif dengan branding yang beda, lebih universal, friendly dan inklusif tidak hanya non milenial tapi juga milenial. BSI saat ini ranking 7 bank terbesar di Indonesia dan kami punya mimpi 5 thn ke depan masuk 10 besar bank syariah terbesar di dunia," ungkapnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kekuatan BSI
Untuk mewujudkan mimpi itu, BSI punya punya aset hampir Rp 240 triliun, DPK Rp 209,9 triliun, modal Rp 21,74 t dan kapitalisasi pasar per 9 Februari 2021 telah mencapai Rp117 triliun.
Di sisi lain, Hery mengungkapkan, sinergi BSI dan bank syariah lain tentu sangat diperlukan karena besarnya potensi ekonomi dan keuangan syariah, penduduk muslim yang besar hingga ratusan juta jiwa, dan potensi industri halal yang jumlahnya mencapai Rp 6.505 triliun.
"Tapi kondisi saat ini nasabah yang baru berbank syariah baru 30 juta penduduk tentu ini gap-nya besar. Kemudian dari sisi industri halal, aset bank syariah juga sangat kecil sekitar Rp 591 triliun. Dan potensi halalnya besar sekali dengan segmen UMKM, retail, mikro, gadai, cicil emas, dan wholesale. Potensi yang besar ini bisa kita gaet di masa yang akan datang," tutur Hery.
Advertisement