Pemain Terlalu Banyak, Bisnis Masker Tak Lagi Cuan

Bisnis yang patut dipilih saat ini ialah terkait jasa layanan hukum. Selain belum banyak pemain, peminat bisnis jasa ini diprediksi terus meningkat seiring bertambahnya persoalan.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2021, 13:33 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 13:31 WIB
Intip Kesibukan Pekerja Pembuat Masker di Palestina
Sejumlah pekerja Palestina membuat masker di sebuah pabrik di Gaza City (13/4/2020). Palestina pada Senin (13/4) mengatakan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 meningkat menjadi 308, termasuk 36 kasus di Yerusalem Timur. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pengusaha muda di Tanah Air membagikan bocoran terbaru jenis bisnis yang bisa untuk dipilih maupun dihindari di tengah pandemi Covid-19. Apa itu?

Pengusaha Bawang Goreng Yossa Setiadi mengatakan, bisnis pertama yang perlu dihindari saat ini ialah terkait masker. Sebab, pemain bisnis di bidang kesehatan ini dianggap sudah terlampau banyak.

"Tahun lalu kita banyak cuan dari jualan APD dari jualan masker. Akan tetapi, tahun sekarang main masker tidak bergairah lagi, karena sudah terlalu banyak atau sudah tidak blue ocean lagi istilahnya," ungkap diadalam talkshow bertajuk Problematika Bisnis Digital di Masa Pandemi, Selasa (2/3/2021).

Anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bidang 9, Andrew Bethlen menambahkan, bisnis lainnya yang perlu untuk dihindari ialah di bidang pendidikan. Menyusul adanya penyesuaian pola hingga penggunaan alat pembelajaran akibat dampak pandemi Covid-19.

"Bisnis yang berimpact secara langsung ialah yang terkait dengan pendidikan. Karena pendidikan harus tatap muka pada saat pandemi masuk. Sehingga bisnis kita bergeser dari tatap muka menjadi digital.Tetapi saat masuk digital semua orang (pebisnis) tidak siap, sehingga mengalai penurunan," bebernya.

Sedangkan, ujar Andrew, bisnis yang patut dipilih saat ini ialah terkait jasa layanan hukum. Selain belum banyak pemain, peminat bisnis jasa ini diprediksi terus meningkat seiring bertambahnya persoalan akibat maraknya aksi penipuan online.

"Kalau kita juga nggak tau, banyak barang main beli saja. Padahal barang pas nyampai tidak sesuai, itu jadi permasalahan baru ya," ungkapnya

Dia bilang, dalam catatan YLKI saja, ada lebih dari 1.800 lebih laporan terkait penipuan online setiap tahunnya. "Bisa kebayang ga?, itu baru yang lapor, bayangkan yang nilai (penipuannya) ga seberapa misal nilai Rp50 ribu orang bikin laporan udah males. Tapi yang ratusan atau jutaan mungkin akan dikejar," terangnya.

Apalagi, saat ini banyak pelaku bisnis yang tengah mengalami kesulitan pembayaran angsuran ataupun pinjaman. Walhasil, jasa konsultasi hukum diyakini kian dicari orang banyak untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul.

"Saya yakin, beberapa kawan (pebisnis) juga harus mengalami restrukturisasi hutang dan ada beberapa orang yang gak sabar mengajukan ke PKPU. Dan itu jadi maslah baru lagi," tekannya.

Reporter: sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Afgan Coba Peluang Investasi di Bisnis Kuliner, Perkenalkan Jajanan Tahu Kriuk Galak

FOTO: Gaya Casual Afgan Syahreza, Stylish dan Menawan
Gaya OOTD Afgan saat tengah berlibur pun kerap mencuri perhatian netizen. Menggunakan busana dengan warna senada penampilan pria 31 tahun ini juga terlihat begitu kece. (Liputan6.com/IG/@afgansyah.reza)

Selama pandemi, Afgan tak banyak melakukan aktifitas bermusik di atas panggung. Aksinya menyanyi hanya bisa dinikmati melalui sajian konser yang digelar secara virtual. Karena itu, pelantun lagu "Terima Kasih Cinta" menjadi memiliki banyak waktu luang.

Tak banyak kesibukan menyanyi membuat pria bernama lengkap Afgansyah Reza membidik aktifitas lain. Bisnis, jadi pilihan penyanyi 31 tahun ini untuk mengisi kesibukannya di luar bermusik. Perlahan tapi pasti, Afgan mulai memperkenalkan ide bisnisnya di industri kuliner.

Afgan baru saja memperkenalkan usaha kulinernya bernama Tahu Kriuk Galak. Usaha ini, kata Afgan, terinspirasi dari kesukaan masyarakat mengonsumsi tahu goreng sebagai camilan. Tahu goreng sudah lama menjadi primadona camilan di pelosok Nusantara.

Awalnya, Afgan dapat kiriman contoh makanan Tahu Kriuk Galak dari seorang teman yang sedang menyempurnakan resep. Setelah mencobanya, Afgan rupanya langsung kesengsem. Ia yakin jika produk tersebut bakal diminati khalayak ramai, sehingga akhirnya memutuskan untuk berinvestasi.

"Tahu Kriuk Galak ini merupakan sebuah sistem bisnis yang melahirkan berbagai kesempatan bagi masyarakat untuk menghasilkan pendapatan tambahan yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi secara positif dan meningkatkan kesejahteraan selama masa pandemi," Afgan menceritakan.

Seperti diketahui, di masa pandemi ini banyak sekali orang yang harus rela kehilangan pekerjaan. Afgan percaya jika bisnis kuliner yang dijalaninya tersebut juga bisa membantu membuka lapangan kerja bagi mereka yang membutuhkan. 

"Saya berharap terciptanya baik lapangan kerja maupun menjadi pilihan kesempatan berusaha yang bagi para pekerja yang ingin memiliki bisnis sampingan atau pendapatan tambahan," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya