Asuransi Pertanian Bisa Bantu Petani Keerom Hindari Kerugian Akibat Banjirr

Asuransi akan mengeluarkan klaim sebesar Rp 6 juta perhektare jika terjadi gagal panen.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 18 Mar 2021, 23:30 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2021, 23:18 WIB
Banjir di Desa Karangligar Karawang
Kondisi sawah yang terendam banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, Kamis (10/2/2021). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Keerom Sejumlah petani di Kabupaten Keerom, Papua, sangat terdampak akibat banjir pada Februari 2021 lalu. Akibatnya, lahan gagal panen dan modal petani pun habis. Kementerian Pertanian mengatakan kondisi tersebut bisa diatasi jika petani mengasuransikan lahan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan petani dituntut untuk bisa menjaga lahan.

"Ada sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan pertanian gagal panen. Seperti perubahan iklim, cuaca ekstrim, bencana alam juga serangan hama. Petani akan merugi jika sampai gagal panen, oleh sebab itu kita menyarankan petani untuk mengasuransikan lahan," katanya, Kamis (18/3/2021).

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, mengakui manfaat asuransi sangat besar.

"Dengan asuransi, petani bisa beraktivitas dengan tenang. Petani tidak perlu khawatir terjadi gagal panen. Karena, asuransi akan menjaga lahan," katanya.


Klaim Asuransi 6 Juta per Hektar

Diterangkannya, asuransi akan mengeluarkan klaim sebesar Rp 6 juta per hektare jika terjadi gagal panen.

"Dengan klaim, petani tetap memiliki modal untuk menanam kembali. Dan dengan cara ini produksi pertanian bisa terus berlangsung," katanya.

Akibat lahan yang tergenang selama 2 pekan, sebagian petani di Arso 7, Kabupaten Keerom, Papua, hingga kini belum menanam ulang lahan mereka, karena khawatir banjir susulan. Selain itu, mereka juga tidak lagi memiliki persediaan bibit dan pupuk.

Muharom, petani di Arso 7, Keerom, Papua yang lahannya terdampak banjir mengaku belum melakukan penanaman karena tidak sanggup membeli pupuk dan bibit.

“Saya kehabisan modal, yang dapat dilakukan hanya meminjam bibit ke petani lain, seperti bibit jagung manis, rica atau terong,” katanya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya