Sri Mulyani: Pandemi Covid-19 Bikin Indonesia Rugi Rp 1.356 Triliun

Pandemi Covid-19 membuat perekononomian Indonesia pada 2020 mengalami kerugian luar biasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2021, 12:14 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 11:18 WIB
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuanga Sri Mulyani Indrawati (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa dampak dari pandemi Covid-19 membuat perekononomian Indonesia pada 2020 mengalami kerugian luar biasa.

Di mana ekonomi domestik terkontraksi 2,1 persen atau jauh rendah dari semula sebelum pandemi yang ditargetkan mencapai pertumbuhan positif 5,3 persen.

"Hal ini berarti secara nominal perekonomian Indonesia kehilangan kesempatan untuk menciptakan nilai tambah atau mengalami kerugian dalam kurang lebih sebesar Rp1.356 triliun," ujarnya dalam Sidang Paripurna DPR RI Masa Persidangan V Tahun Sidang 2020-2021, Kamis (20/5).

Bendahara Negara itu menambahkan, dampak buruk ekonomi akan jauh lebih besar apabila pemerintah tidak melakukan langkah-langkah countercyclical melalui kebijakan yang luar biasa.

Di mana APBN 2020 telah bekerja luar biasa sangat keras di dalam rangka melindungi keselamatan jiwa rakyat Indonesia dan melindungi perekonomian Indonesia dari hantaman dahsyat akibat Covid-19.

"Belanja negara kita meningkat 12,3 persen mencapai Rp2.593,5 triliun. Sementara pendapatan negara justru mengalami penurunan minus 16,0 persen," jelasnya.

Adapun penurunan pendapatan negara tersebut disebabkan karena aktivitas dunia usaha terpukul sangat mendalam karena pandemi Covid-19.

Di satusisi pemerintah juga telah memberikan berbagai insentif perpajakan untuk mendorong dunia usaha agar mampu bertahan dan bahkan diharapkan dapat bangkit kembali.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tantangan Berat Sri Mulyani Pulihkan Ekonomi dari Pandemi Covid-19

Tetap Hebat di Masa Pandemi dalam Anugerah Perempuan Hebat Indonesia 2021
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membacakan puisi sebagai Tokoh Perempuan Inspiratif pada acara Anugerah Perempuan Hebat 2021 yang digelar secara daring. (Liputan6.com)

Pemerintah menyadari masih terdapat beberapa tantangan dalam melakukan pemulihan ekonomi Indonesia, baik di tahun ini maupun di 2022 akan datang. Berbagai tantangan itu datang baik dari internal maupun eksternal.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut, tantangan dalam negeri ke depan adalah bagaimana pemerintah mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan sekaligus memulihkan kembali kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sejauh ini APBN sudah bekerja keras dalam dua tahun berturut-turut menghadapi pandemi Covid-19.

"Masih ada faktor-faktor eksternal dan domestik yang sangat mempengaruhi kondisi ekonomi kita di tahun ini dan tahun depan dan ini pasti akan mempengaruhi desain APBN kita ke depan," ujarnya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2021, Selasa (4/5).

Dia menambahkan, faktor eksternal kemungkinan yang bisa mempengaruhi kinerja APBN kita adalah adanya perubahan kebijakan fiskal moneter di negara maju.

Ini dikhawatirkan menimbulkan spillover apakah itu dalam bentuk inflasi, suku bunga global dan kemudian berujung kepada volatilitas nilai tukar dan capital flow yang mengalami volatilitas juga.

"Disparitas pemulihan ekonomi dunia juga akan menyebabkan perubahan atau dinamika antar negara termasuk dari sisi stimulus maupun kemampuan untuk memperoleh vaksin," ujarnya.

Pemulihan Ekonomi Dunia

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di sisi lain pemulihan dari beberapa negara besar dalam perekonomian seperti China, Amerika Serikat dan sekarang mulai dengan Eropa akan membuat harga komoditas akan mengalami peningkatan yang sangat kuat.

Hal ini seperti yang terjadi 2009 di mana akan memunculkan boom komoditas yang mungkin harus diantisipasi positif maupun negatifnya.

"Kita lihat ekonomi domestik kita, pemulihan ekonomi kita masih belum merata antar sektor-sektor yang mungkin lebih mudah pulih dan yang lebih sulit pulih juga antar daerah," jelasnya,

Bendahara Negara itu melanjutkan sektor industri keuangan harus terus dijaga. Karena mereka masih di dalam posisi untuk mendukung pemulihan, namun mereka juga melihat adanya kinerja dari sektor usaha yang perlu untuk diwaspadai. Dan yang terakhir, tentu mencermati perubahan teknologi, terutama teknologi digital dan perubahan iklim.

"Dua faktor ini akan terus mempengaruhi dan men-shape kondisi perekonomian Indonesia yang terbuka dan size-nya cukup besar, geografis besar, populasinya besar. Inilah yang harus menjadi perhatian bagi kita semua policy maler di pusat dan di daerah," jelasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya