Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Uzbekistan sepakat membentuk Kelompok Kerja Bersama (Joint Working Group/JWG) untuk memaksimalkan hubungan ekonomi kedua negara.
Melalui JWG tersebut, diharapkan kedua negara dapat mengatasi hambatan dan mencari peluang memperoleh nilai tambah yang besar dari potensi masing-masing negara.
Baca Juga
"Kedua negara sepakat membentuk JWG yang menyusun sektor dan bidang usaha yang perlu dikerjasamakan dan membuat perencanaan yang lengkap dengan target dan jadwal kegiatan. Kelompok kerja ini diharapkan akan bekerja harian, konkret, dan segera," kata Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Arlinda, dikutip dari keterangannya pada Rabu (26/5/2021).
Advertisement
JWG tersebut, lanjut Arlinda, akan terdiri atas Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, sejumlah kementerian teknis dan lembaga terkait lainnya serta dunia usaha.
Kelompok kerja Indonesia diusulkan dipimpin Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, sementara kelompok kerja Uzbekistan dipimpin Wakil Perdana Menteri/Menteri Investasidan Perdagangan Luar Negeri Uzbekistan, Umurzakov Sardor Uktamovich.
Arlinda menambahkan, forum bilateral yang sudah ada seperti Komite Konsultasi Bilateral (KKB) Indonesia-Uzbekistan, Joint Commission Indonesia-Uzbekistan dan Policy Planning Consultation dianggap belum cukup.
Untuk lebih mendorong perdagangan dan peningkatan ekonomi kedua negara, diperlukan mekanisme yang lebih best practice yang juga melibatkan lintas sektor, baik kementerian/lembaga maupun dunia usaha.
Untuk mempercepat kerja-kerja teknis, rencananya akan segera ditunjuk unit Eselon I di Kemendag untuk menindaklanjuti pembentukan dan pelaksanaan JWG tersebut. Diharapkan kerja sama Indonesia dan Uzbekistan di berbagai bidang akan berjalan lebih baik, termasuk bidang perdagangan dan ekonomi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Potensi Kerja Sama Dagang Indonesia-Uzbekistan
Arlinda juga menguraikan beberapa potensi kerja sama perdagangan Indonesia-Uzbekistan.
Pertama, Indonesia menghasilkan banyak produk agribisnis daerah tropis, seperti kopi, pisang, karet, dan crude palm oil (CPO). Ke depannya, peningkatan penggunaan energi terbarukan berdampak positif terhadap CPO sebagai salah satu biofuel yang cukup efisien.
Kedua, Uzbekistan membutuhkan buah-buah tropis, seperti pisang, buah naga, alpukat, dan kopi untuk konsumsi dan bahan baku industrinya. Diharapkan terjalin sister city antara kota di Uzbekistan dengan daerah-daerah penghasil buah-buah tropis di Indonesia.
Ketiga, Uzbekistan sebagai negara land lock (tidak memiliki laut) kerap bekerja sama dengan sejumlah negara yang memiliki pelabuhan, seperti Rusia.
Saat ini, Uzbekistan tengah merencanakan pembangunan jalur transportasi berupa kombinasi rel kereta dan jalan raya dari Uzbekistan ke Rusia dan dari Uzbekistan ke Afganistan hingga Pakistan. BUMN sektor konstruksi Indonesia berpeluang besar untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Uzbekistan.
"Masih terbuka luas peluang untuk memaksimalkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Uzbekistan. Selain karena kedua negara memiliki penduduk Islam terbesar, potensi ekonomi dan budaya keduanya juga sangat besar," jelas Arlinda.
Uzbekistan merupakan negara tujuan ekspor ke-129 dan sumber impor ke-94 bagi Indonesia pada 2020.
Perdagangan Indonesia-Uzbekistan mencatatkan nilai sebesar USD 31,1 juta pada 2020. Ekspor Indonesia sebesar USD 12,3 juta, sementara impor Indonesia sebesar USD 18,8 juta.
Produk ekspor Indonesia ke Uzbekistan pada 2020 antara lain reception app (USD 3,8 juta), soap (USD 3,5 juta), refrigerators (USD 2,9 juta), natural rubber (USD 0,4 juta), dan medicaments (USD 0,3 juta). Produk impor utama Indonesia dari Uzbekistan pada 2020 antara lain mineral or chemical fertilisers (USD 12,6 juta), pulps of fibres (USD 5,3 juta), sulphates, alums (USD 0,5 juta), dried leguminos (USD 0,2 juta), dan other live animals (USD 9 ribu).
Advertisement