Harga Kedelai Dunia Turun karena Masuk Musim Panen

Pada minggu keempat Mei 2021, harga kedelai berada di kisaran USD 15,04 per bushels atau Rp 9.220 per kg landed price.

oleh Tira Santia diperbarui 31 Mei 2021, 15:20 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2021, 15:20 WIB
Harga Kedelai Diperkirakan Masih Tinggi
Pekerja memilah kedelai di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (14/1/2021). Kemendag memperkirakan harga kedelai global masih bertahan di level tinggi sampai Mei 2021 akibat ketatnya pasokan dari negara produsen dan naiknya permintaan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan, terjadi penurunan harga kedelai dunia pada minggu ini jika dibandingkan minggu sebelumnya.

Pemerintah pun meminta kepada para importir kedelai untuk menyesuaikan harga kedelai impor agar sehingga membantu para perajin tahu dan tempe tetap berproduksi. Dengan begitu harga tempe dan tahu bisa stabil.

“Harga kedelai dunia sudah mengalami penurunan. Kami minta dukungan para pelaku usaha, khususnya importir kedelai untuk menjaga harga kedelai impor agar harga tahu dan tempe di tingkat pengrajin tetap stabil. Kami juga mengapresiasi komitmen para pelaku usaha kedelai dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga kedelai pada puasa dan Lebaran 2021 lalu,” kata Oke di Jakarta hari, Senin (31/5/2021).

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai mulai menunjukkan tren penurunan. Pada minggu keempat Mei 2021, harga kedelai berada di kisaran USD 15,04 per bushels atau Rp 9.220 per kg landed price, turun 5,1 persen dari minggu sebelumnya yaitu USD 15,86 per bushels atau Rp 9.604 per kg landed price.

Oke menjelaskan, penurunan harga kedelai dunia diharapkan terus berlanjut karena beberapa negara produsen telah memasuki masa panen.

“Meskipun mulai terjadi penurunan harga, namun harga kedelai dunia masih cukup tinggi. Hal ini akan berdampak pada penyesuaian sementara harga tahu dan tempe sebesar 10—15 persen,” ujarnya.

selain itu, penurunan harga kedelai dunia juga aakan berdampak baik terhadap produksi tahu dan tempe nasional.

“Kami berharap adanya penurunan harga kedelai dunia dapat disikapi secara positif oleh para pelaku usaha kedelai dalam negeri baik importir, distributor, maupun pengrajin tahu dan tempe. Hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha tahu dan tempe nasional,” ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terus Pantau

Perajin Tahu Kembali Berproduksi
Pekerja menuang kedelai rebus saat proses pembuatan tahu di Jakarta, Senin (4/1/2021). Setelah melakukan mogok produksi selama 1 hingga 3 Januari 2021 akibat naiknya harga kacang kedelei impor, kini para perajin tahu mulai kembali beroperasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tentunya Kementerian Perdagangan secara periodik akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan maupun kenaikan harga. Langkah tersebut guna memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe dan di pasar wajar terkendali.

“Kami menghimbau pada para importir untuk memastikan dan tetap menyalurkan stok kedelai secara rutin kepada seluruh pengrajin tahu dan tempe, termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) di Puskopti provinsi maupun kabupaten/kota,” tegasnya.

Adapun Kementerian Perdagangan akan memastikan distribusi kedelai terus dilakukan agar tidak terjadi ketiadaan stok. Dalam tiga bulan mendatang, importir akan menyalurkan kedelai paling sedikit 5.000 ton/bulan untuk memenuhi kebutuhan pengrajin tahu dan tempe. Nantinya, para anggota Gakoptindo dapat mengambil secara langsung dari gudang importir.

“Kerja sama penyaluran kedelai ini diharapkan akan jadi momentum bagi kebangkitan gairah pengrajin tahu tempe nasional untuk terus berproduksi. Sehingga, masyarakat masih akan terus mendapatkan tahu dan tempe sebagai sumber protein dengan harga terjangkau,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya