Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan berbagai jenis vaksin yang sudah ada saat ini tetap bisa digunakan untuk menangkal berbagai jenis varian Covid-19. Meski sudah ada publikasi ilmiah terkait penurunan efikasi, namun dari sisi perlindungan vaksin yang ada sudah masih tinggi.
"Walaupun ada publikasi ilmiah ada penurunan efikasi tapi perlindungannya masih tinggi," kata Nadia dalam diskusi online: Siap Jaga Indonesia dengan Vaksinasi Gotong Royong, Jakarta, Rabu (16/6/2021).
Baca Juga
Nadia memaparkan vaksin Sinovac memiliki perlindungan dari kematian mencapai 98 persen. Lalu proteksi bagi tenaga kesehatan dari gejala yang mucul masih 98 persen dan timbulnya gejala juga masih 93 persen.
Advertisement
Selain itu publikasi ilmiah dari England menunjukkan efikasi vaksin AstraZeneca untuk virus corona varian Inggris dan India mencapai 60 persen sampai 67 persen. Artinya kata Nadia, rekomendasi WHO untuk mempercepat proses vaksinasi harus segera dilakukan sebelum muncul lagi ragam varian virus dan efikasi vaksin semakin menurun.
"Artinya rekomendasi WHO juga bilang dipercepat, ini supaya tidak terganggu buat melawan pertahanan tersebut," kata dia.
Senada, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany menilai dari berbagai literatur yang ada berbagai varian virus Covid-19 masih memiliki sifat yang sama. Dia menganalogikan varian virus tersebut seperti manusia yang memakai jenis baju berbeda, namun sifat dasarnya tetap sama.
"Tidak ada perbedaan efektivitas dari varian Covid-19 tersebut. Ada sedikit perbedaan tapi perilakunya sama," kata dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cara Kerja yang Sama
Sementara itu, berbagai vaksin yang dibuat memiliki cara kerja yang sama. Vaksin didesain untuk melawan aktivitas yang dilakukan virus corona secara umum.
"Vaksin ini didesain untuk melawan dan bereaksi dengan perilaku yang sama, jadi efek terhadap arian tadi sejauh ini belum terlihat ada dampak yang besar," tuturnya.
Jika terjadi perubahan efektivitas dari vaksin terhadap varian baru virus corona, Hasbullah menilai penurunan efikasi hanya 1 persen. Untuk itu proses vaksinasi tetap bisa dilanjutkan karena bukan faktor penghambat yang besar.
Hanya saja harus diakui beberapa varian baru ini bisa mempercepat daya tular. Dia mencontohkan bila varian pertama baru bisa membuat seseorang sakit ketika jumlahnya 1000 virus, maka bisa saja varian baru jika jumlahnya sudah 800 saja langsung membuat seseorang sakit.
Untuk itu, dia mendorong agar proses vaksinasi bisa segera dipercepat. Sehingga kekebalan kelompok bisa segera tercipta.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement