Liputan6.com, Jakarta Gaya hidup sehat menjadi satu-satunya pilihan untuk mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Meningkatnya kesadaran untuk menjaga kesehatan, terutama imunitas individu diikuti berbagai upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada masa pembatasan mobilitas masyarakat.
Bagi sebagian orang, cara meningkatkan kenyamanan aktivitas di dalam ruangan salah satunya dilakukan dengan menambahkan musik relaksasi dan wewangian minyak aromaterapi.
Baca Juga
Keterbatasan untuk melakukan aktivitas membuat masyarakat di seluruh dunia terus berupaya untuk menjaga kondisi fisik dan mentalnya dengan cara yang lebih alami. Aromaterapi dipercaya menjadi salah satu metode alami untuk meminimalisir gangguan tidur, kondisi stres, depresi dan gangguan imunitas.
Advertisement
Minyak atsiri sebagai salah satu bahan dasar utama membuat aromaterapi hadir melengkapi kebutuhan relaksasi masyarakat dunia. Sebagai negara yang menempati peringkat keenam eksportir minyak atsiri terbesar dunia (setelah India, Amerika Serikat, Perancis, Tiongkok dan Brazil), Indonesia memiliki keragaman produk minyak atsiri.
Jenis minyak atsiri yang banyak diekspor adalah minyak atsiri berbasis rempah (dari serai, pala, kayu manis, jahem kapulaga, adas, dan cendana) dengan porsi 58,7 persen, diikuti oleh air distilasi dari essential oil 22,4 persen, minyak atsiri dari citrus 13,2 persen dan minyak atsiri dari mint 5,6 persen.
Jenis-jenis minyak atsiri tersebut umumnya digunakan sebagai bahan baku industri, antara lain sebagai bahan perasa dan penguat aroma, parfum, produk rumah tangga dan produk farmasi.
Agus Windiarto, Direktur Pelaksana yang membidangi Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) mengatakan, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia hingga April 2021 mencapai USD83,9 juta dengan pertumbuhan sebesar 15,5 persen yoy. Peningkatan ini ditopang oleh meningkatnya harga minyak atsiri yang meroket pada masa pandemi.
Selama tahun 2020 nilai dan volume ekspor minyak atsiri Indonesia naik masing-masing 16,45 persen (yoy) dan 14,69 persen (yoy) mencapai USD215,81 juta dengan volume 7,54 juta ton. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020) nilai ekspor minyak atsiri Indonesia cenderung mengalami peningkatan.
"Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata tahunan majemuk atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) ekspor minyak atsiri Indonesia ke lima negara tujuan utama berada pada tren positif, kecuali ke Singapura,” jelas Agus Windiarto, Sabtu (7/8/2021).
Berdasarkan kajian yang dihasilkan oleh IEB Institute, pertumbuhan majemuk per tahun atau CAGR nilai ekspor Indonesia selama periode 2016-2020 ke lima negara tujuan utama menunjukkan tren meningkat: ke India naik 10,73 persen per tahun ke Amerika Serikat naik 4,79 persen per tahun, ke Perancis naik 2,38 persen per tahun dan ke Tiongkok naik 5,72 persen per tahun. Sementara ekspor ke Singapura menunjukkan tren penurunan tipis selama lima tahun terakhir di level -0,35 persen per tahun.
Pada tahun 2020, Indonesia memiliki 189 eksportir minyak atsiri yang tersebar di seluruh provinsi dengan total nilai ekspor USD215,81 juta. Jawa Barat merupakan provinsi penyumbang ekspor minyak atsiri terbesar dengan nilai sebesar USD68,92 juta (setara 31,9 persen total ekspor minyak atsiri Indonesia), diikuti oleh Jawa Tengah sebesar USD36,61 juta (17 persen) dan Sumatera Utara sebesar USD33,24 juta (15,4 persen).
Dari sisi sebaran eksportir, DKI Jakarta memiliki eksportir produk minyak atsiri paling banyak di Indonesia dengan 48 eksportir di 2020, diikuti oleh Jawa Barat (29 eksportir) dan Jawa Timur (24 eksportir).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Populer di Eropa
Di tahun 2020 minat masyarakat terhadap produk minyak atsiri secara global menunjukkan peningkatan cukup tinggi, khususnya di Eropa seperti: Prancis, Polandia, Irlandia, Belgia, Spanyol dan Belanda. Fakta ini tentu menjadi angin segar bagi ekspor Indonesia.
Momentum baik bagi komoditas minyak atsiri sebagai bahan penyusun aromaterapi dapat dipertahankan. Selain bahan mentah, para eksportir juga perlu meningkatkan nilai tambah minyak atsiri sehingga nilai ekspornya juga turut terdongkrak.
"Kami selalu berupaya mendukung agar semakin banyak pelaku usaha minyak atsiri yang dapat menembus pasar ekspor dan perluasan pasar ekspor minyak atsiri," ucapnya.
Menurutnya, meskipun tidak dapat langsung mengatasi COVID-19, namun aromaterapi dipercaya bermanfaat sebagai antiviral, antibakterial dan membantu meningkatkan imunitas tubuh.
Melihat kebermanfaatannya dan antusiasme masyarakat global untuk menjaga kesehatan, diharapkan menjadi momentum bagi eksportir untuk meningkatkan ekspornya ke negara tujuan ekspor baik yang existing maupun negara tujuan baru yang potensial sehingga minyak atsiri Indonesia semakin mendunia.
Advertisement