Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menginisiasi terbentuknya wadah bagi auditor negara di G20. Wadah ini guna mewujudkan transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik dalam sebuah negara.
Ketua BPK Isma Yatun menjelaskan, BPK telah mengusulkan pada agenda Presidensi G20 Indonesia lewat inisiasi Supreme Audit Institution (SAI20). Ini adalah wadah pertemuan badan pemeriksa atau Supreme Audit Institution negara anggota G20.
Wadah para auditor negara ini diharapkan menjadi dukungan bagi pemerintahan G20 dalam mewujudkan transparansi, akuntabilitas dan tata kelola yang baik di tingkat global.
Advertisement
"Sebagai bentuk dukungan terhadap Presidensi G20 di Indonesia, BPK telah menginisiasi terbentuknya SAI20 sebagai engagement group baru di G-20," katanya dikutip dari Belasting. id, Rabu (16/11/2022).
SAI20 memiliki dua tujuan utama. Pertama, memberikan kontribusi kepada Pemimpin G20 dalam area transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik.
Kedua, membangun kemitraan global dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem dan komunitas G20.
Menurutnya, SAI20 sudah menghasilkan komunike pada akhir Agustus 2022. Komunike menghasilkan kesepakatan bahwa para pemimpin auditor negara G20 selaras dengan tema Presidensi Indonesia pada tahun ini.
Kemudian mendorong kolaborasi dengan pemangku kepentingan dalam Komunitas G20. SAI 20 diharapkan dapat menjadi suatu kontribusi nyata dari BPK bagi pelaksanaan Presidensi G20 di Indonesia tahun ini.
12 Pernyataan
Terdapat 12 pernyataan yang disepakati komunike SAI20. Bagian pertama terdiri dari 8 pernyataan mengenai rasionalisasi hadirnya SAI20 sebagai engagement group G20.
Bagian kedua adalah dua pernyataan rekomendasi SAI20 kepada pemerintah dan stakeholder mengenai percepatan pemulihan ekonomi dan capaian agenda pembangunan berkelanjutan dalam SDGs.
"Bagian terakhir mengenai keberlanjutan dan kolaborasi SAI20 dalam mempromosikan efisiensi, efektivtas dan transparansi administrasi publik," tambahnya.
Jokowi: G20 Forum Ekonomi, Jangan Ditarik ke Politik
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan bahwa G20 bukanlah forum politik. Menurut dia, G20 adalah forum untuk membahas soal ekonomi, finansial, dan pembangunan.
"Bahwa G20 itu adalah forum ekonomi, forum finansial, forum pembangunan, bukan forum politik. Jadi jangan ditarik-tarik ke politik," kata Jokowi dalam konferensi pers usai menutup KTT G20 di Bali, Rabu (16/11/2022).
Dia menyebut bahwa para pemimpin negara G20 telah menyepakati 'G20 Bali Leaders Declaration', yang berisi 52 paragraf. Jokowi mengatakan bahwa ada satu pasal yang sangat diperdebatkan dan pembicaraannya alot.
"Jadi paragraf yang sangat diperdebatkan itu memang hanya satu paragraf yaitu penyikapan terhadap perang di Ukraina. Sampai tengah malam kita berbicara," ujarnya.
Kendati begitu, kata Jokowi, deklarasi tersebut disahkan melalui konsensus. Para pemimpin negara G20 sepakat bahwa perang di Ukraina berdampak negatif terhadap ekonomi dunia.
"Kemudian pemulihan ekonomi global juga tidak akan tercapai tanpa perdamaian," jelas dia.
"Oleh sebab itu, di pembukaan saya sampaikan, saya menyerukan agar perang dihentikan," sambung Jokowi.
Advertisement
Peserta
Sebagai informasi, KTT G20 di Bali berlangsung 15 sampai 16 November 2022. Adapun para pemimpin negara yang hadir di KTT G20 antara lain, Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Long, PM Belanda Mark Rutte, Presiden Rwanda Paul Kagame, Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen, Presiden European Council Charles Michael.
Kemudian, PM Inggris Rishi Sunak, PM Kanada Justin Trudeau, PM Jepang Fumio Kishida, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, PM Australia Anthony Albanese. Ada pula Sekjen PBB Antonio Guterrez, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Selanjutnya, Presiden Korea Selatan Yoon Seuk Yeol, Presiden Argentina Alberto Fernadez, Menlu Rusia Sergey Lavrov, PM India Narendra Modi, Presiden Uni Emirate Arab Muhammad bin Zayed Al Nahyan.Lalu, PM Italia Giorgia Meloni,
Selain itu, Menlu Brasil Carlos Alberto Franca, dan Utusan Khusus Perdana Menteri Fiji Ratu Inoke Kubuabola, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden China Xi Jinping, hingga Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Sementara itu, pemimpin lembaga internasional yang hadir yakni, Presiden ADB Masatsugu Asakawa, Direktur Jenderal ILO Gilbert F. Houngbo, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, hingga Muhammad Sulaiman Al Jasser selaku Presiden Islamic Development Bank (ISBD).